Analisis Tata Bahasa Kasus (Case Grammar)


Nama    : Inas Ghina
Nim       : 1110026000008
Matkul : General Linguistics2


1.    Pendahuluan
Di dalam kehidupan sehari- hari, manusia tidak dapat dipisahkan dari bahasa. Secara umum, fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial ( soeparno, 2002 ). Di mana ada sekelompok masyarakat, maka di sanalah terdapat bahasa. Maka tidak heran pula bahasa di setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri.
          Bahasa yang digunakan oleh manusia sebenarnya sama saja dengan bahasa yang digunakan oleh binatang, sama- sama sebagai alat untuk berkomunikasi. Akan teteapi, pada hakikatnya suara yang dihasilkan oleh hewan hanyalah cara bagaimana mereka menyampaikan pesan kepada  hewan sejenisnya. Noam Chomsky mengatakan ( dalam Jendra,2010 : 2 ) ketika kita mempelajari bahasa, kita sedang mendekati apa yang disebut sebagai ‘esensi manusia’. Yang khas dari pikiran yang sejauh kita tahu, unik untuk manusia.
          Bahasa manusia seperti yang dikatakan Chomsky yaitu ‘unik’, karena bahasa itu terus berkembang dan mencerminkan suatu pemikiran dan perilaku masyarakat, hal ini tentu saja berbeda dengan cara hewan berkomunikasi. Para peneliti menunjukkan bahwa hewan memang berkomunikasi sebagian besar hanya untuk memenuhi kebutuhan, seperti untuk makan, minum, bersembunyi, menyerang, dan lain-lain ( Jendra, 2010: 3-4 ). Oleh sebab itu mengapa suara yang di hasilkan oleh binatang tidak dapat disebut sebagai bahasa walaupun digunakan sebagai media komunikasi.
          Fenomena-fenomena keunikan  bahasa sering kali terjadi, baik di dalam novel, cerita-cerita pendek, jejaring sosial dan lain- lain. Oleh sebab itu, di dalam esai ini penulis  akan mencoba menganalisis bahasa yang didapat dari berbagai sumber menggunakan teori tata bahasa kasus. Karena kurangnya pemahaman mendetil penulis terhadap teori tata bahasa kasus, maka penulis hanya akan menganalisis bahasa dari beberapa kalimat sederhana saja.

2.    Latar Teori
Dunia ilmu bahasa (linguistics) adalah suatu ilmu yang terus berkembang  dari zaman ke zaman sesuai dengan filsafat ilmu bahasa yang akan selalu mencari kebenaran. Di dalam sejarah pengkajian ilmu linguistik, banyak teori atau aliran linguistik yang terus berkembang hingga saat ini. Aliran linguistik yang pertama kali muncul dan sebagai awal dari aliran linguistik yang lainnya adalah Aliran Tradisional, teori ini berdasarkan pola pemikiran secara filosofis yang bermula dari Plato dan Aristoteles yang kita kenal sebagai filsof-filsof besar bangsa Yunani (Soeparno, 2002: 44). Sekitar abad XX atau pada tahun 1916 lahirlah aliran bahasa struktural. Aliran tersebut  dipelopori oleh Ferdinand de Saussureyang mengarang sebuah buku yang berjudul ‘Course de Linguistique Generale”. Karya de Saussure yang berisi tentang teori-teori struktural sekaligus menjadi pokok-pokok pikiran linguistik modern. Karena karya de Saussure itu, ia telah berhasil menciptakan perubahan di dunia linguistik yang sebelumnya hanya bertumpu pada aliran tradisional. Oleh karena itu Ferdinand de Saussure disebut sebagai Bapak Linguistik Modern. Setelah perubahan yang dilakukan olehnya, kemudian lahirlah aliran linguistik lainnya seperti aliran Fungsional oleh M.A.K Halliday, Tagmemik oleh Keneth L. Pike, London oleh J.R. Firth, Tata Bahasa Kasus ( Case Grammar ) oleh Charles J. Fillmore dan lain-lain. Karena di dalam essay ini yang menjadi fokus adalah Aliran Tata Bahasa Kasus, maka penulis akan menjelaskan lebih rinci tentang aliran tersebut lebih rinci.
Tata Bahasa kasus (Case Gramma r) pertama kali diperkenal oleh Charles J. Fillmore dalam karangannya berjudul The Case for Case tahun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E. dan R. Harms universal in Linguistic Theory ( Chaer, 2007: 370 ). Tarigan mengatakan ( di sebutkan oleh Suparnis bahwa  tata bahasa kasus merupakan modifikasi pengertian   dari tata bahasa transformasi yang memperkenalkan kembali kerangka kerja konseptual hubungan-hubungan-hubungan kasus dari tata bahasa tradisional, tetapi memelihara serta mempertahankan suatu perbedaa antara struktur dalam dan struktur permukaan dari tata bahasa generatif dengan catatan bahwa kata ‘dalam’ di sini mengandung pengertian “kedalaman semantik’ atau ‘semantic deep’. Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 (dalam Chaer, 2008) Fillmore membagi kalimat atas dua unsur yaitu modalitas dan proposisi. Di dalam kamus linguistik Harimurti Kridalaksana (2009:108) mengatakan Case grammar merupakan kategori gramatikal dari nomina, frase nominal, pronomina, atau sintaksis adjektiva yang memperlihatkan hubungannya dengan kata lain dalam konstruksis sintaksis.
Fillmore menurunkan kaidah-kaidah tata bahasa kasus (Parera, 2009) sebagai berikut:
Kaidah 1
     S       M + P
     (kaidah ini mengatakan bahwa sebuah kalimat terdiri dari modalitas dan proposisi)
Kaidah 2
     P       V + K1 + K2 + K3... + Kn
     (Sebuah proposisi merupakan himpunan yang terdiri dari verbum dan sejumlah nomen hubungan antara nomen dan verbum disebut kasus, K )
Kaidah 3
     K       A, I, D, F, L, dan O
     (kasus itu berupa agentif , A; datif, D; faktitif, F; lokatif, L; dan objektif, O)
Perhatikan bagan berikut (Chaer, 2007 ):
                                Kalimat

modalitas                                            proposisi
negasi               
kala                           verba      kasus1      kasus 2 ­    kasus3
aspek
adverbia
                contoh dalam kalimat bahasa inggris John opened the doorwith the key, argumen1  John berkasus ‘pelaku’, argumen2 door berkasus ‘tujuan’, dan argumen3 key berkasus ‘alat’.
                                                kalimat
modalitas                                   proposisi
kala        verb       pelaku       tujuan         alat

past       open       John           door           key


3.    Analisis

Dalam teori tahun 1968 Fillmore tidak membatasi jumlah kasus tata bahasa kasus itu ; tetapi dalam versi 1971 dibatasi dengan kasus agent ( pelaku ), experiencer ,object ( tujuan ), means        ( cara ), source , goal , referential.Yang dimaksud dengan experiencer adalah orang yang merasakan peristiwa yang terjadi secara psikologis. Yang dimaksud dengan source adalah keadaan, tempat, atau waktu yang sudah. Goal adalah keadaan, tempat, atau waktu yang kemudian ( chaer, 2007 ).
Di sini penulis akan mencantumkan beberapa contoh analisis bahasa  kalimat sederhana yang mana akan dilihat kasus-kasusnya  ( suparnis, 2008 ) adalah:
a.       Kasus Agentif ( A ) = seperti tarigan ( di dalam Suparnis, Fillmore, 2008 ) Kasus agentif adalah kasus yang secara kusus ditujukan bagi makhluk hidup ( yang bernyawa ) yang merasakan hasutan tindakan yang diperkenalkan oleh verba . contoh :  Marta memangkas bunga mawar ’, kata ‘ Marta ‘ di sisni menunjukkan ia sebagai agentif dalam kalimat.
b.      Kasus Experience ( P ) = kasus yang mengalami  berbeda dengan kasus pelaku walaupun verba yang ada di dalam predikat adalah verba yang sama. Contoh : ‘ Budi mendengar suara aneh ’. Budi yang mengalami kasus.
c.       Kasus Instrumen ( I ) = kasus yang menjadi alat/ instrumental ialah kasus yang berkekuatan tidak hidup / tidak bernyawa atau objek yang secara kausal terlibat di dalam tindakan atau keadaan yang diperkenalkan oleh verba. Contoh :  ‘ John open the door by a key  ‘.
d.      Kasus Objektif ( O ) = adalah kasus yang secara semantis paling netral, kasus dari segala sesuatu yang dapat digambarkan atau diwakilai oleh sesuatu  nomina yang peranannya di dalam tindakan atau keadaan diperkenalkan oleh interpertasi  semantik verba itu sendiri. Contoh:  ‘ Ali membunuh ular ’.
e.      Kasus Sumber ( S ) = merupaka sumber atau penyebab terjadinya proses atau kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba. Contoh : ‘  Hayati mengecewakan aku ’
f.        Kasus Tujuan ( TJ ) = diartikan sebagai arah dari suatu kegiatan yang dinyatakan oleh verba. Contoh :  ‘ Jack menulis surat kepada John  
g.       Kasus Lokatif (L ) = kasus yang memperkenalkan lokasi, tempat, ( atau letak ) ataupun orientasi ruang/ spasi atau tindakan yang diperkenalkan oleh verba. Contoh :  ‘ Anita mengajar di Aceh
h.      Kasus Waktu ( WK ) = waktu yang terpakai atau diduduki oleh suatu proses, kegiatan, atau keadaan, yang dinyatakan oleh verba. Contoh :  ‘Tuti datang kemarin’
i.         Kasus Penyerta ( PNY ) = frasa benda yang mempunyai hubungan konjugatif dengan frasa benda yang lain, yang ditandai dengan propososo ‘ dengan ‘, ‘ bersama ‘ dan sebagainya. Contoh :  ‘ MS main catur dengan Latief ’ dan MS bersama Latief bermain catur ‘, kata ‘ Latief ‘ merupakan kasus penyerta.
j.        Kasus Benefaktif ( BEN ) = nomina atau frasa nomina yang mengacu kepada orang atau binatang  yang memperoleh keuntungan dari tindakan verba. Contoh di  dalam bahasa Indonesia ‘ ibu memberikan kepada adik ‘, kata adik menunjukkan kata benefaktif. Kasus benefaktif mempunyai ciri [+ hidup ]. Kasus yang ditujukan bagi makhluk hidup ( yang bernyawa ) yang memperoleh keuntungan  dari tindakan yang diberikan oleh verba. Contoh :  Jack opened the door for Paul kata ‘ Paul ‘ menunjukkan kasus benefaktif.


Contoh analisis kalimat :
1.       Bill Totts felt so comfortable ( short story South of the Slot, Jack London )
Modalitas ­– kala- past
Bill Totts= kasus experience ( P )
Felt =  sebagai kata kerja ( v )
Comfortabele = Datif (D)
( kalimat ini berlabel kasus  P, D; kita menuliskan felt /__P, D/. )

2.       Drummond was accepted by his workmates. ( short story South of the Slot, Jack London )
Modalitas – kala – past
Drummond= kasus benefaktif ( BEN )
Was= sebagai kata kerja ( v )
His workmates= kasus Agentif ( A )
Accepted = kasus Obejktif
(kalimat ini berlabel kasus  A, O; kita tuliskan accepted  /__A, O/.)

3.       Widya Saputra membawa (acara) Head Line News ( twitter @rizkimauliady 2013)
Modalitas- tidak terdapat kala waktu di kalimat tersebut
Widya Saputra = kasus Agent ( A )
Bawa = sebagai kata kerja ( v )
Head line news= kasus Object ( O )
(kalimat ini berlabel kasus A, O; kita tuliskan membawa / __A, O/. )

4.       Bill dropped the trunk to the floor (short story South of the Slot, Jack London )
Modalitas- skala-  Past
Dropped= sebagai kata kerja ( v )
Bill= kasus Agent ( A )
The trunk= kasus Objek ( O )
To the floor= kasus tujuan ( TJ )
( kalimat ini berlabel kasus A, O, TJ ; kita tuliskan dropped /__A, O, TJ /. )

5.       he picked up his other revolver and placed both  weapons in their holsters (short story The Bride Comes to The Yellow Sky, Stephene Crane )
Modalitas- skala- past
Picked up= sebagai kata kerja ( v )
Placed = sebagai kata kerja ( V )
He= agent (A )
His other revolver= Objek (O )
In their holsters = kasus lokatif ( L )
(kalimat ini berlabel kasus A, O, L; kita tuliskan picked up /__A, O, L /. )




6.       Agil sekarang sudah wisuda dan menyandang gelar Spd.. ( novel Skripshit, Alitt Susanto )
Modalitas – kala- sekarang
Agil = kasus Agentif  (A )
Wisuda dan menyandang  = sebagai  kata kerja ( v )
Gelar Spd = kasus Faktitif ( F )
(kalimat ini berlabel kasus A, F; kita tuliskan wisuda /__A, F /. )

7.       siang itu Ayyas menemani Pak Joko ke Bandara Internasional Domodedovo (novel Bumi Cinta, Habiburrahman El Shirazy )
Modalitas-skala-siang itu
Menemani  = verb
Ayyas = Agent ( A )
Pak Joko = Benefaktif ( BEN )
Bandara Internasional Domodedovo= tujuan ( TJ )
(kalimat ini berlabel kasus A, BEN, TJ; kita tuliskan menemani  /__A, BEN, TJ /. )

8.        assignment makes you learn how to be calm and patient ( Facebook up date, Inas Ghina 2013 )
modalitas – skala –
makes = sebagai kata kerja ( v )
assignment = kasus sumber ( S )
you = kasus experience ( P )
calm = kasus penyerta ( PNY )
(kalimat ini berlabel kasus S, P, PNY; kita tuliskan makes /__S, P, PNY /. )

9.       Salju kembali turun petang itu. ( novel Bumi Cinta, Habiburrahman El Shirazy )
Modalitas –
Turun = sebagai kata kerja ( v )
Salju =kasus  agent ( A )
Petang itu = kasus waktu ( WK )
 (kalimat ini berlabel kasus A, WK ; kita tuliskan turun /__A, WK /. )

10.   Aku mau nonton bola ni sebentar lagi  ( twitter, @rizkimuliady 2013 )
Modalitas – skala - sebentar lagi
Aku = kasus agent ( A )
Nonton = sebagai kata kerja ( v )
Bola = objek ( O )
(kalimat ini berlabel kasus A, O, ; kita tuliskan nonton /__A, O /. )

11.    Dear Future, I'm ready to go.( twitter @damn it’s true, 2013 )
modalitas – skala –
go = sebagai kata kerja ( v )
I’ m = kasus agent ( A )
Dear future = kasus  tujuan ( TJ )
(kalimat ini berlabel kasus A, TJ; kita tuliskan go /__A, TJ /. )



12.   I was Falling in love ( Facebook up date Reni Juliani, 2013 )
Modalitas – skala – past
I = kasus agent ( A )
Falling = sebagai kata kerja ( v )
in love = kasus objektif ( O )
(kalimat ini berlabel kasus A, O, ; kita tuliskan falling /__A, O /. )


4.    Kesimpulan
Aliran linguistik akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan akan terus berubah- ubah seperti aliran - aliran linguistik yang telah ada sampai sekarang ini tidak terlepas dari pemikiran- pemikiran para linguist yang akan selalu mencari kebenaran dari fenomena bahasa yang terus terjadi karena ide- idekreatif manusia sebagai penutur bahasa.
Kasus- kasus yang terdapat dalam tata bahasa kasus adalah pelaku (A), yang mengalami (P ), kasus alat ( ALT ), kasus objek ( O ), kasus sumber ( S ), kasus tujuan (TJ ), kasus tempat ( TP ), kasus waktu ( WK ), kasus penyerta ( PNY ), dan kasus benefaktif ( BEN )
Dari uraian analisis si atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan antara teori tata bahasa kasus ( case grammar ) dengan teori semantik generatif yang dipelopori oleh murid-murid Chomsky yang keluar dari alirannya. Persamaan yang terdapat di kedua teori ini adalah karena sama-sama memfokuskan teorinya kepada predikat atau verba.
Karena tata bahasa kasus menganalisis bahasa  dengan cara memfokuskan teorinya pada verba, maka tata bahasa kasus ini terkadang akan sangat sulit atau tidak semua kalimat bahasa Indonesia dapat di analisis menggunakan teori tata bahasa kasus ( case grammar ). Karena  di dalam bahasa Indonesia tidak memiliki tenses ( perbedaan konteks waktu yang di tunjukkan dalam perubahan verb ) seperti yang dimiliki oleh Bahasa Inggris.
Di dalam sebuah kalimat, tidak semua kata dapat disandingkan dengan kata yang lain. Hal ini dikarenakan belum tentu suatu kata apabila disandingkan dengan kata yang lain akan dapat diterima. Misalnya saja seorang guru sedang mengaji dan seorang kucing sedang makan, kata guru dapat diterima pada kalimat seorang guru sedang mengaji, sedangkan kata kucing tidak dapat diterima di dalam kalimat seorang kucing sedang makan karena kucing tidak bisa dipadankan dengan kata seorang.  Selain itu, mengutip dari Remmy  
(  http://remmysilado.blogspot.com/2008/01/analisis-tata-bahasa-kasus.html, akses 7 Januari 2013 )   tidak semua kata yang kita tulis dan ucapkan dapat kita jelaskan secara ilmiah; baik itu pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, pragmatis maupun semantis.



Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
D. J. Parera. (2009). Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.
Jendra, Made Iwan Indrawan. (2010). Sociolinguistics The Study of Societies’s Languages. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik (ed keempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sirado, Remmy (2008, 01) Analisis Tata Bahasa Kasus [Web blog post]. Retrieved from http://remmysilado.blogspot.com/2008/01/analisis-tata-bahasa-kasus.html.
Soeparno. (2002). Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Bahasa antara Jawa Indonesia dan Jawa Suriname”

describing scenes