analisa dialek dalam linguistik
Nama : Riri Rahmawati Zul Prihatini
Nim : 1110026000038
Prodi : Bahasa dan Sastra Inggris 5b
Pembukaan
Bahasa
mempunyai dua bidang, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap
manusia dan maknaatau arti yang tersirat dalam arus bunyi
tersebut, bunyi yang merangsang alat pendengaran kita (Keraf, 1984). Bahasa dan
budaya memiliki hubungan yang sangan erat sehingga banyak memunculkan berbagai
macam bahasa dan budaya di Indonesia maupun di seluruh dunia. Bahasa sangat erat
kaitannya dengan budaya, Kaitannya adalah bagaikan koin yang tidak dapat
dipisahkan, ada pepatah yang mengatakan “bahasa menunjukan sebuah bangsa”
(Claire, 1998). Setiap suku memiliki berbagai macam bahasa, dalam masa
perkembangan dan pembangunan bahasa masih sangat diperlukan untuk memperkaya
bahasa Indonesia. Dengan mengenal bahasa daerah, kita dapat mengenal berbagai macam
factor penting yang menentukan corak dan struktur masyarakat Indonesia. Dengan
mengenal beberapa aspek bahasa daerah, kita dapat melihat adanya kesamaan tema,
gaya bahasa dan kesusasteraannya.
Banyak pula
bahasa yang tidak mengenal ragam tulisan sehingga demi penambahan informasi
kebahasaan dan demi pengembangan teori linguistic, bahasa yang jumlah
penuturnya sedikit dan sangat terpencil dari jalur komunikasi ramai, perlu
direkam baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan agar terjaga
keutuhan bahasanya (Moeliono, 1981). Selain itu, semakin bekembangnya kehidupan
dari zaman kezaman membuat bahasapun bekembang dan akan mengalami Revitalisasi
Bahasa. Masalah kebahasaan mungkin tidak dirasakan oleh orang awam sehingga
untuk mempertahankan bahasanya sangat sulit sehingga menimbulkan kurangnya
kesadaran. Essay ini mencoba untuk menganalisis bahasa Daerah yaitu bahasa Betawi
lama-kelamaan mulai menghilang dalam arus globalisasi, dunia pendidikan dan
kebudayaan. bentuk wacana tertulis akan mengungkapkan apakah bahasa Betawi
dalam keadaan krisis?. Wacana lisan akan dikutip dari hasil wawancara dengan
orang Betawi.
LANDASAN
TEORITIS (500)
Analisisessay
yang memandang bahwa bahasa sebagai praktek social yang sangat penting adalah
teori utama. Pengurangan bahasa itu tidak selalu harus diukur dalam satuan
abad, sebab bahasa yang jumlah penuturnya sangan kecil misalnya 5000 orang,
dapat musnah dalam satu atau dua generasi (Moeliono, 1981). Kebanyakan dari
referensi buku yang diterbitkan sejak tahun 1980-an memberikan angka antara
6.000 dan 7.000, tapi perkiraan telah bervariasi dalam beberapa dekade terakhir
antara 3.000 dan 10.000.
Bahasa di dunia sangat tidak merata
berdasarkan data 4% berada di Eropa, 15% di Amerika, 31% di Afrika, 50% di Asia
dan Pasifik, Papua Nugini dan Indonesia sendiri memiliki 25% (1.529 bahasa).Hal
ini penting untuk memahami alasan mengapa bahasa itu bervariasi. Jika banyak bahasa yang masih belum
dibukukan semua dan bahasa yang tidak pernah dituliskan atau direkam itu semua
akan musnah. Selalu ada kemungkinan bahwa pembicara lain dari dialek yang sama
akan ditemukan (Crystal, 2000). Dalam kasus Ubykh misalnya, ada rumor bahwa dua
atau tiga orang pembicara yang bahasanya sama di desa-desa yang lainnya.
Akibatnya,
makalah ini akan menganalisis pemikiran yang menyatakan bahasa betawi itu dalam
keadaan krisis. Analisis ini untuk melacak pengetahuan, sosial, ideology dan
stereotype (Partridge, 2006). Selain itu mengenai wacana lisan, analisis
percakapan (Cutting, 2008) akan diterapkan untuk membahas struktur wacana
lisan. Karena bahasa akan selalu berkembang (Paltridge, 2000). Pemikiran untuk
mempertahankan dan melestarikan bahasa dan budayanya sangat jauh dari kesadaran
para penggunanya, bahkan untuk pelestarian bahasa dan budaya hanya segelintir
orang yang melakukannya.
Sebuah bahasa akan mati ketika tak seorang pun
berbicara dalam bahasa itu (Crystal, 2000).Teori (Hingangaroa, 2003) menilai relevansi dan
kegunaan bahasa. Bahasa perlu dilihat sebagai alat yang berpotensi dan berguna,
Sebagai alat yang berguna di tangan yang tepat dan berpotensi, Perlu untuk
bergerak melampaui posisi homogenisasi melihat `perjuangan 'sebagai isu tunggal
dan karena itu perlu beradaptasi untuk mengembangkan beberapa mengubah
strategi. Perbedaan antara wacana lisan dan tulisan melengkapi teori sebelumnya
untuk membuat perbandingan dari analisis tersebut (Crystal, 2006 dan
Jahandarie, 1999).
Analisis ini
juga akan membahas sejauh mana bahasa daerah berkembang dalam dunia pendidikan,
social dan social network dengan mengandalkan teori dari Maori (Hingangaroa,
2003). Masalah di sini adalah kebutuhan oleh Maori memiliki peningkatan kendali
atas kehidupan sendiri dan budaya kesejahteraan. Faktor ini telah membuat
keuntungan dalam sekolah kaupapa, Maori mengingat bahwa sekolah tersebut telah
diselenggarakan oleh guru. Otonomi yang lebih besar kunci pengambilan keputusan
di sekolah telah memiliki pencapaian misalnya dalam hal administrasi, pedagogi
kurikulum, dan budaya.
Titik utama
adalah bahwa karena orang Maori bertanggung jawab atas pengambilan kunci keputusan,
mereka mampu membuat pilihan dan keputusan yang mencerminkan preferensi budaya,
politik, ekonomi dan sosial. Dalam meningkatkan mutu penggunaan bahasa maka
perlu adanya mengembangkan kurikulum dalam bahan kegiatan pengajaran bahasa
daerah,dan perlu dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber rujukan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dalam perundang-undangan dan telah ditetapkan/ dipersiapkan
yang di terbitkan oleh media. Penerbitan buku, surat kabar, dan majalah dalam
bahasa daerah perlu direncanakan secara terencana dan terarah. Penelitian dan
pengembangan bahasa daerah perlu disebarluaskan sehingga dapat dimanfaatkan
untuk ditingkatkan peran bahasa tersebut dalam pengertian yang
luas(Hingangaroa, 2003).
ISI/ANALISIS
(1500)
Arus globalisasi tentu akan mempengaruhi aspek
kehidupan dan penghidupan manusia antara lain yang terlihat pada bidang
pendidikan dan kebudayaan salah satu pokok yang dihadapi dunia pendidikan
adalah masalah identitas bangsanya (Muslich, 2010). Bahasa daerah ditinjau dari
dunia pendidikan sangat mengkhawatirkan. Bila kita perhatikan kurikulum sekolah
Negeri maupun Swastamasih ada beberapa yang mempelajari bahasa Sunda, jawa dan
sebagainya itupun 1 atau 2 tahun saja, bahasa Sunda menjadi bagian dari
kurikulum khusus untuk Propinsi Jawa barat. Bahasa sundadi ajarkan dari SD, SMP
dan SMA. Namun ada pula sekolah yang tidak menerapkan kurikulum yang
mengkhususkan untuk mempelajari bahasa daerah seperti yang telah diterapkan
oleh pemerintah.
Orang lebih tertarik untuk mempelajari bahasa
asing ketimbang bahasa daerah (bahasa ibu), guru yang mengajar bahasa daerahpun
hanya 1 orang di sekolah tersebut. Bahasa daerah harus bersaing dengan
bahasa-bahasa yang sudah menduduki tingkat internasional seperti Inggris, Arab,
Prancis dan Mandarin.Ketika siswa, siswi dan mahasiswa di wawancarai tentang
pendapat mereka mengenai ketertarikan kepada bahasa daerah, mereka berpendapat
bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang ketinggalan zaman, sekarang zaman sudah
berubah lebih modernisasi.
Ketika diwawancarai tentang bahasa apakah yang
mereka sukai, 5 orang mahasiswa yang mendalami bahasa ini menjawab mereka menyebutkan
bahasa Indonesia karena mereka sudah terbiasa menggunakan bahasa tersebut
ketika anak-anak hingga pada saat ini dan lebih mudah bila digunakan untuk
berkumunikasi, mereka menyebutkan pula bahasa asing seperti bahsa Arab, India
dan Inggris karena bahasa tersebut adalah bahasa internasional.
Ketika ditanyakan apakah mereka dapat
berbicara bahasa daerah, 1 dari 5 orang menjawab ia mampu berbicara bahasa
daerah karena di lingkungan keluargapun bahasa daerah ini sudah diterapkan. 4
dari 5 orang menjawab mampu untuk berbicara bahasa daerah walaupun hanya
sedikit dan terbata-bata karena pengaruh lingkungan pula yang tidak mendukung,
namun belum ada rasa percaya diri untuk berbicara bahasa daerah mereka masih
takut apakah bahasa yang digunakan itu tepat atau tidak.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah anda
merasa malu bila harus berbicara bahasa daerah, semuanya menjawab tidak malu dan
itu merupakan suatu kelebihan yang patut di Syukuri, 1 dari 5 orang merasa malu
bila tidak dapat berbicara bahasa daerah karena itu adalah salah satu ciri khas
dan mempunyai daya tarik tersendiri namun sering memunculkan struktur
percakapan sehari-hari kepada orang awam (Penz, 1996).
Kemudian bagaimana caranya melestarikan bahasa
daerah, hal yang pertama dilakukan adalah menimbulkan kebanggaan kepada diri
sendiri barulah dapat membiasakan diri untuk menggunakan bahasa daerah walaupun
hanya sedikit, terkadang banyak pula yang menanyakan apa artinya, itupun
merupakan suatu kebanggaan. Berbicara kepada teman yang lain sekaligus
mengajari mereka tentang bahasa daerah yang sering digunakan dan mengadakan
study tour ke tempat-tempat yang berhubungan dengan bahasa daerah. Ada pula
perkumpulan bagi suku-suku tertentu dan ketika mengikuti perkumpulan itu mereka
menggunakan bahasa daerahnya tidak memungkinkan pula bila di luar perkumpulan
itu menggunakan bahasa daerah karna akan terjadi miss-communication.
Pertanyaan terakhir adalah bahasa apa yang
paling keren, jawaban orang pertama tergantung tingkatannya. Jawaban orang
kedua semua bahasa itu keren. Jawaban orang ketiga bahasa Inggris adalah bahasa
yang keren karna banyak film-film yang menggunakan bahasa inggris. Jawaban orang
ke empat adalah bahasa Arab karena sudah familiar. Orang ke-lima mengatakan
baginya bahasa Inggris India yang lebih keren karena bercengkok hal itu lucu
dan unik.
Di Universitas Negeri maupun Swastapun ada beberapa
yang mempelajari bahasa daerah seperti Universitas Indonesia masih membuka
Jurusan Sastra Jawa. Namun bila kita bandingkan dari sekian banyaknya
Universitas di Indonesia, banyak Jurusan yang mempelajari bahasa asing seperti
bahasa Mandarin, Jerman, Rusia dan yang lainnya.Dari tahun ketahun presentase
calon Mahasiswa yang mendaftarkan diri untuk masuk jurusan bahasa asing tidak
pernah menurun malahan menjadi bertambah peminatnya.Sebagai bahasa resmi,
bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan, mulai dari Taman Kanak-kanan sampai perguruan tinggi. Hanya saja
untuk kepraktisan beberapa lembaga pendidikan rendah yang anak didiknya hanya
menguasai bahasa daerah mereka menggunakan bahasa pengantar sebagai bahasa
daerah, hal itu dilakukan sampai kelas 3 SD (Muslich, 2010).
Bila dilihat dari sejarahnya, Bahasa daerah
sudah di atur oleh pemerintah dalam Peraturan pemerintahan tahun 1854 dan 1855
di tiap kabupaten di Jawa harus ada sekolah untuk anak bumi putra. Pada tahun
1983 diadakan reorganisasi sehingga sejak tahun itu terbit 2 tipe sekolahan
baru, sekolah kelas-satu 5-tahun (openbare inlandse lagere dereerste klasse)
untuk priyai dan pemuka masyarakat. Sekolah kelas-dua 3 tahun (openbare
inlandse lagere der tweede klasse) untuk anak rakyat biasa, dikelas ini pun
bahasa pengantarnya bahasa daerah hanya saja bila bahasa daerah tidak dapat
digunakan bahasa melayulah yang menjadi bahasa pengantarnya. Karena pada saat
itu banyak orang yang tidak bisa mengerti bahasa Indonesia.
Salah satu
unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh Negara, sesuai dengan bunyi
pasal 36 bab XV, Undang-undang dasar 1945. Fungsi dari bahasa daerah sangat
jelas sebagai Lambang kebanggaan daerah, Bahasa pengantar di sekolah dasar
didaerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar penggunaan bahasa
Indonesia dan mata pelajaran yang lain dan alat pengembangan serta pendukung
kebudayaan daerah. Situasi bahasa daerah pada umumnya adalah cenderung menurun
bahkan terancam musnah, sekalipun menunjukan prestasi yang positif dalam
menunjang pengembangan bahasa dan kebudayaan nasional. Sedangkan bahasa daerah
kecil belum mendapatkan penggarapan sewajarnya. Dikhawatirkan punahnya bahasa
daerah kecil berarti hilangnya pegangan kebudayaan masyarakat penuturnya
(Muslich,2010).
Kalau kita bicara identitas bangsa,kita akan
berbicara tentang kebudayaan, dan jika kita berbicara kebudayaan akan
mempersoalkan sebabnya. (Makagiansar, 1990) menekankan perlunya identitas
budaya, bahkan (salim, 1990) berpendapat bahwa upaya mempertahankan identitas
merupakan prioritas yang harus diperjuangkan mati-matian.. Pengaruh arus
globalisasi dalam identitas bangsa itu tercermin, antara lain dari sikap lebih
mengutamakan bahasa asing dari pada bahasa Indonesia atau bahkan bahasa Daerah
(Moeliono,1981). Padahal warga Negara asing atau turis banyak yang berdatangan
ke Indonesia untuk mempelajari berbagai macam tarian tradisional seperti tarian
Ronggeng. Tentunya Bangsa Indonesia senang karena Tarian tradisonal khas
Indonesia banyak yang menyukai namun bila hal ini terus berlanjut tanpa adanya
perlindungan dari pemerintah maupun Bangsa Indonesia akan memicu konflik
seperti pada tahun 2012 tari tor-tor diakui oleh Bangsa malaysia karena Bangsa
Indonesiapun tidak melestarikannya.
Dalam
kehidupan social khususnya di Jakarta, orang betawi sudah jarang ditemukan. Jangankan
orangnya bahasanya pun sudah hampir tidak pernah ditemukan. Jakarta adalah
ibukota Indonesia sehingga akulturasi dan asimilasi terjadi sangat cepat dan
berpusat di kota ini. Sejarah Betawi sudah dimulai pada masa zaman batu yang
menurut seorang Sejarawan Sagiman MD sudah ada sejak zaman neolitikum. Yahya
Andi Saputra (Alumni Fakultas Sejarah UI), berpendapat bahwa penduduk asli
Betawi adalah penduduk Nusa Jawa. Menurutnya, dahulu kala penduduk di Nusa Jawa
merupakan satu kesatuan budaya, Bahasa, kesenian, dan adat kepercayaan mereka semua
sama. Penduduk asli Betawi berbahasa Kawi (Jawa kuno). Beberapa diantaranya
juga mengenal huruf hanakacara (abjad bahasa Jawa dan Sunda). Sehingga,
penduduk asli Betawi telah berdiam di Jakarta sejak zaman dahulu. Prof Dr
Parsudi Suparlan menyatakan bahwa kesadaran sebagai orang Betawi pada awal
pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar kuat di diri setiap orang.
Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan
lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Jakarta, atau
orang Bandung.
Pengakuan
adanya orang Betawi sebagai sebuah kesatuan kelompok etnis dan sebagai kesatuan
sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru
muncul pada tahun 1923. Bahasa daerah dilihat sebagai alat yang berguna di
tangan yang tepat, salah satu tokoh masyarakat Betawi yang bernama Husni
Thamrin mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi (Hingangaroa, 2003). Dengan
demikian tanggung jawab berada pada orang yang memilih untuk menggunakan teori,
yaitu untuk menilai relevansi dan kegunaan. Barulah segenap orang Betawi merasa
sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.Sejak akhir
abad yang lalu (setelah kemerdekaan 1945), Jakarta dibanjiri dengan datangnya
imigran dari seluruh Indonesia, sehingga mengakibatkan orang Betawi menjadi
kelompok yang minoritas.
Pada tahun
1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta
penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak dari tempat asal
mereka ke pinggiran, bahkan digusur dan tergusur ke luar kota. Proses asimilasi
dan cultural learning dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini
terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah salah satu caranya
’suku’ Betawi hadir dan menyebar di seluruh Indonesia bahkan di dunia sekalipun.
Suku Betawi
sebagai penduduk asli Jakarta mulai tersingkirkan oleh imigran. Mereka keluar
dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi
Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia
maupun budaya barat. Secara khusus, synopsis dari film “Si Doel Anak
Betawi”mencerminkan dan melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya
di Situ Babakan. Salah satu bentuk kecintaan terhadap orang betawi kemudian
Aman Datuk Madjoindo mengarang sebuah novel yang berjudul “Si Doel Anak Betawi”
dengan menggarap orang betawi asli yang pada saat itu sangat tersohor yaitu
Benyamin S. Si Doel Anak Betawi adalah film drama keluarga Indonesia yang
diproduksi pada tahun 1973 dan disutradarai oleh Sjuman Djaja. Banyak orang
betawi yang tidak mengetahui bahasanya, karenabahasa betawi mulai tergantikan,
film “Si Doel Anak Betawi” ini pula memperkenalkan kepada penerus bangsa khususnya
suku betawi untuk memperkenalkan bahasa dan kebudayaan betawi. Salah satu
element yang paling umum adalah penggunaan gambar dan warna yang menghasilkan
efek visual dari soundtrack lagu kepada para penonton sebelum mereka
menyaksikan. Dengan kata lain pemanfaatan gambar dan warna dibuat semenarik
mungkin. Namun sebagai fungsi utama dari film ini adalah untuk menarik orang
menyaksikan program ini.
KESIMPULAN
(250)
Fungsi utama
dari bahasa adalah untuk berkomunikasi, namun seiring berjalannya waktu bahsapun
mengalami perubahan dan perkembangan (Keller, 1994). Analisis diatas telah
membuktikan bagaimana pandangan bahasa Daerah dari sudut Sosial, Pendidikan dan
Kebudayaan, bahkan di social network sekalipun bahasa daerah sudah jarang
sekali digunakan. Padahal peningkatkan mutu bahasa untuk penelitian bahasa
daerah perlu dilakukan sebagai kepentingan inventarisasi dan peningkatan mutu
maupun penggunaan bahasa tersebut oleh penuturnya, kebijakan otonomi daerah
dalam penelitian bahasa daerah hendaknya dapat mendukung pengembangan bahasa
Indonesia (Muslich, 2010).
Teori
pragmatic sangat di perlukan sebagai penentu kehidupan dalam bersosialisasi dan
jarang sekali orang yang mengutamakan susunan dalam berbahasa karena menurut
mereka sangat sulit untuk dimengerti, mereka lebih mengutamakan Pragmatik/
penggunaan maksud karena lebih mudah dalam bekomunikasi. Untuk mencapai tujuan
dalam berkomunikasi atau berinteraksi penggunaan bahasa sangat berperan penting
akan tetapi bahasa harus digunakan dalam situasi dan kondisi yang sesuai.
William
Labov mengatakan perubahan bahasa menyiratkan fenomena ini disebabkan oleh
alasan eksternal dan internal. Beberapa ahli bahasa percaya bahwa system
internal bahasa adalah akar dari kepunahan, setiap bahasa harus ditelusuri
kembali ke bahasa tua (proto) di masa lalu. Struktur dan bunyi bahasa memang
berubah dari kompleks menjadi sederhana dan dari tidak teratur menjadi teratur
(Iwan, 2010).Imigrasi adalah alasan eksternal yang paling jelas yang dapat memberitahu
mengapa bahasa daerah mulai tertinggal. Kontak antara imigran dengan
orang-orang pribumi asli biasanya diikuti dengan beberapa pengenalan budaya
serta penyesuaian bahasa.Sebagai kesimpulan, analisis dari hasil wawancara
menunjukan bahwa kurangnya kepedulian terhadap bahasa daerah untuk
melestarikannya. Padahal pemuda adalah agen perubahan yang sangat berpengaruh.
Bibilografy
Barnadib, Imam. 1995. Pendidikan
Perbandingan Buku Dua. ANDI OFFSET : Yogyakarta.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik
Kajian Teoritik. Rineka Cipta : Jakarta.
Crystal, D. 2000. Language Death. Newyork : Cambridge
University Press.
Crystal, D. (2003) The Cambridge encyclopaedia of English
language, Cambridge: Cambridge University Press.
Cutting, J. (2008). Pragmatics and discourse: a resource book
for students. London: Routledge.
Fromkin, Fictoria, dkk. (2002). An Introduction Language.
Hingangaroa, Smith, Graham.2003. Kaupapa Maori Theory:
Theorizing Indigenous Transformation of Education & Schooling. New
Zealand : The University of Auckland.
Iwan, Mad. 2010. Sociolinguistic The Study of Societies
Language. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Jahandarie, K. (1999). Spoken and written discourse.
Stanford: Ablex Publishing Corporation.
Keller, Rudi. 1994. On Language Change. London and Newyork : Routledge.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa
Indonesia. Nusa Indah : Arnoldus .
Mahsun. 2007. Metode Penelitian
Bahasa. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Marckwardt, H. Albert. 1966. Introduction to The English Language.
Oxford University Press : United States of America.
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk
Bahasa Indonesia. Jakarta Timur : Sinar Grafika Offset.
Moeliono, M., Anton. 1981. Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa. Jakarta : Djambatan.
Nelson, W. (1965). The English Language An Introduction. Boown
University : Newyork.
Paltridge, B. (2000) Making sense of discourse analysis, Gold
Coast: Antipodean Educational Enterprises.
Paltridge, B. (2006). Discourse
analysis. London: Continuum.
Penz, H. (1996). Language and control in American TV talk
shows: an analysis of linguistic strategies. Tubingen: Gunter Narr Verlag.
Yule, George. (2010). The Study of Language. United Kingdom at The
University Press : Cambridge.
Lampiran
http://localhost/G:/httpms.wikipedia.orgwikiBahasa_Betawi.htm
http://localhost/G:/Bahasa_Betawi.htm
1.2. Salinan
1.
Bahasa apakah yang anda sukai ?
-
Orang 1 : Saya lebih suka pake bahasa
Indonesia, karena di lingkungan saya juga biasanya pake
bahasa Indonesia bukan bahasa Jawa, kalo bahasa Jawa itu sih sebenernya papah
sama mamah orang Jawa saya si orang Indonesia jadi saya bahasa Indonesia.
-
Orang 2 : semuanya suka tapi karena sering
pake bahasa Indonesia ya lebih gampangan pake bahasa Indonesia dari pada
misalkan pake bahasa Daerahnya.
-
Orang 3 : aku lebih suka bahasa Indonesia buat
bicara tapi aku juga suka bahasa Inggris, kalo bahasa Indonesia mudah untuk
ngomong tapi kalo eee,,, bahasa Inggris suka ya karena itu bahasa Internasional
mungkin yah suka ajah dengerinnya.
-
Orang ke 4 : kalo suka berarti suka
menggunakan yah maksudnya tuh kalo aku sih lebi suka menggunakan,,,, kalo
pengen sukannya itu Arab kalo gak India sebenernya pengen belajar India dulu
soalnya India ma Arab itu deket terus tapi kalo lebih seneng ya bahasa
Indonesia jelas itukan bahasa Negara kita sendiri gitu.
-
Orang ke 5 : kenapa aku suka bahasa Arab
karena Allughotul a’robiyya lil lugotil jannah karena bahasa Arab itu
adalah bahasa Syurga dan bahasa Arab itu menurutku adalah bahasa yang luas
sekali cakupannya banyak yang menyerap dari bahasa Arab pula.
2.
Apakah anda dapat berbicara bahasa daerah ?
-
Orang 1 : bisa bahasa Jawa cuman gak terlalu
banyak dan gak terlalu lancar tapi si bisa tapi dikit-dikit bisa.
-
Orang ke 2 : bahasa sendiri ya pasti bisa ya
jelas karena dirumah juga sering pake bahasa Sunda kalo orang tua ngomong.
-
Orang ke 3 : sebenernya bisa bahasa Aceh cuman
sayangnya karena pengaruh lingkungan tempat tinggal disana makannya kalo
ngomong bahasa Aceh itu suka agak ini agak terbata-bata istilahnya gitu cuman
bisa bisa tapi kalo misalnya diajak bicara sama orang yang lebih pinter ber ee ber ber bahasa Aceh entar akunya jadi
malu.
-
Orang ke 4 : eeemmm bisa, aku bisa bahasa Jawa
cuman gak terlalu faseh banget karena dari kecil aku ngomongnya pake bahasa
Indonesia.
-
Orang ke 5 : eee aku sih bisa bahasa Daerah
tapi apa sih kadang belum ada rasa pa sih belum percaya belum PeDe untuk
ngomong bener gak sih itu bahasanya ke gini tapi aku kalo untuk bahasa daerah
paham bahasa asal daerahku sendiri gitu.
3.
Apakah anda merasa malu ketika berbicara
bahasa Daerah ?
-
Orang 1 : malu sie enggak ya justru itu suatu
kelebihan kali bisa bahasa lain selain bahasa Indonesia ya bahasa Inggris, bahasa Jawa, bahasa Sunda,
bahasa Aceh, bahasa Mandarin ya bahasa apake ituh sebuah kelebihan yang harus
di Syukuri gitu.
-
Orang ke 2 : enggak gak malu, ngapain malu
ngapa harus malu kalo ngomong pake bahasa sendiri.
-
Orang ke 3 : gak malu tapi malu kalo gak bisa.
-
Orang ke 4 : enggak dong kenapa harus malu
dengan bahasa sendiri justru aku malah mau melestarikan bahasa Jawa itu seperti
apa, apalagi di Jakarta karena rata-rata orang Jakarta tuh denger orang Jawa
ngomong malah apa yah ngerasanya kayak aneh gitu.
-
Orang ke 5 : enggak aku gak malu ngomong
bahasa Daerah malah seneng.
4.
Bagaimana caranya melestarikan bahasa Daerah
anda ?
-
Orang ke 1 : biasa, biasa aja nikayak kita
ngomong bahasa Jawa gitu itu artinya apa ooh ini artinya ini gitu kao enggak
kita ajak jalan-jalannya ke Jawa biar dia tau ni bahsa Jawa itu kayak gimana tu
gitu.
-
Orang ke 2 : eee cara nglestariinnya ya kita
tetep pake bahasa Sunda itu ntar ngomong ama mereka pake bahasa Sunda tu gitu
entar ajarin tar artiin jadi mereka juga tahu arti dari pada bahasa Sunda itu
apa.
-
Orang ke 3 : aku dikit-dikit gunain apa yang
aku bisa, ngomong bahasa Daerah walaupun kadang-kadang ngomong sama temen-temen
yang beda asal kadang mereka sendiri gak ngerti tapi bagaimana caranya aku ikut
coba pake, walaupun dikit-dikit kadang kalo temen gak ngerti pasti mereka Tanya
pa sih artinya ke gitu ya tinggal kasih tau artinya ya kaya gitu. Kayak gitu
kan eee, kita bisa melestarikan gak sesame orang-orang,,, saya sendirikan
asalnya minang gak hanya dengan sesame orang minang bisa sama teman aku yang
sunda eee iii nanti kan dengan begitu mereka sedikit tahu kayak gitu entar
kadang-kadang mereka entar tiba-tiba gunain juga kan sama juga pelestarian.
-
Orang ke 4 : aku kan punya perkumpulan
organisasi Aceh sendiri ya dengan perkumpulan itu kalo kita ketemu sama orang
Aceh ya kita usahakan ngomong bahasa Aceh bukannya bahasa Indonesia tapi
misalnya kalo diluar itu, pake bahasa Indonesia gak mungkin kan orang, orang
bukan orang Aceh diajakin ngomong bahasa Aceh entar malah gak nyambung.
-
Orang ke 5 : cara melestarikan bahasa Jawa ya
yang penting pertama kita pasti harus bangga dengan apa bahasa kita sendiri dan
ya,,, sering ngomong aja, sering-sering apa bercakap-cakap sama mereka nanti
juga mereka mereka ngerti dan itu dari pelestariannya itu.
5. Menurut anda
bahasa apa yang keren ?
-
Orang ke 1 : bay a kalo bahasa yang keren itu
menurut saya ya tergantung ngomongnya sama siapa ya kalo ngomongnya sama dosen
ngomongnya pake bahasa yang agak tinggian dikit, kalo sama anak kecil
ngomongnya yang alus-alus dan yang gimana gitu, tapi kalo sama,,,, teman-teman
sejawat sih bahasa alay kali gitu si keren juga heheh.
-
Orang ke 2 : bahasa yang keren eee,,
menuruuuut saya semua bahasa itu keren tergantuuungngngng dari pemikiran orang
itu sndiri, kalo menurut saya semua bahasa itu keren.
-
Orang ke 3 : bahasa yang keren itu bahasa
Inggris kali yah menurut orang-orang menurut aku juga bahasa inggris sih eeee
Karennya keren aja gitu mungkin karena banyak di film-film bahasa Inggrisnya
kayak gaul gitu.
-
Orang ke 4 : bahasa yang aku suka bahasa Arab
dan sekarang aku sedang menggeluti bahasa itu.
-
Orang ke 5 : kalo keren-kerenan tuh ya pasti
rata-rata sih ke Inggris ya orang-orang pasti, menurut saya Inggris tu juga
keren yah tapi tuh yang lebih keren tuh Inggrisnya tuh Inggris yang India
mungkin pribadi saya suka India karena lucu aja dengernya gitu ada agak
bercengkoknya gitu.
Komentar
Posting Komentar