discourse analisis pada sebuah wacana


Ardiansyah koto
(1110026000019)
VB
General Linguistics II

PENDAHULUAN

            Teknologi selalu berkembang dan semakin dibutuhkan kapan saja dan dimana saja dalam kehidupan kita. Teknologi di rancang untuk mempermudah kehidupan manusia. Salah satu teknologi yang sangat yang berkembang pesat saat ini adalah telepon genggam atau yang sering kita sebut ponsel. Telepon genggam atau ponsel disebut pula perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, dapat di bawa kemana-mana (portabel,mobile) dan tidak perlu disambungkan jaringan telepon menggunakan kabel. Dari berdasarkan informasi situs Wikipedia (http/id.wikipedia.org), Penemu sistem telepon genggam yang pertama adalah Martin Cooper, seorang karyawan Motorola pada tanggal 03 April 1973, walaupun banyak disebut-sebut penemu telepon genggam adalah sebuah tim dari salah satu divisi Motorola (divisi tempat Cooper bekerja) dengan model pertama adalah Dyna TAC. Ide yang dicetuskan oleh Cooper adalah sebuah alat komnikasi yang kecil dan mudah dibawa bepergian  fleksibel.
            Selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, ponsel umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat (Short message service, SMS). Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini ponsel juga dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap siaran radio dan televisi, perangkat lunak pemutar audio (MP3) dan video, kamera digitak, game dan layanan internet. Selain fitur-fitur tersebut, ponsel sekarang sudah ditanamkan fitur komputer (Sumber: www.http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_genggam).
            Secara ringkas, penelitian ini akan memaparkan pilihan kata yang digunakan dalam bahasa Artikel dari situs Kompas, “Tak Bisa Jauh dari Ponsel? Awas Nomophobia!”. Disamping pemilihan kata juga, lebih mengetahui dampak efek samping dari penggunaan ponsel terhadap kesehatan manusia.  Diharapkan melalui penelaahan lebih lanjut dapat di tentukan pola pilihan kata dalam wacana artikel yang akan di Analisis Wacana kritis.







LANDASAN TEORI

            Menurut Douglas dalam Mulyana (2005: 3), istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang artinya berkata, berucap. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi wacana. Jadi wacana adalah unit linguistik yang lebih besar dari kalimat atau klausa. Menurut Kamus Linguistik Dewan Bahasa dan Pustaka (1997) dalam Tengku Silvana Sinar (2008:5), wacana diterjemahkan sebagai discourse yaitu unit bahasa yang lengkap dan tertinggi yang terdiri daripada deretan kata atau kalimat, sama ada dalam bentuk lisan atau tulisan, yang dijadikan bahan analisis linguistik. Kata wacana berasal dari kata vacana ‘bacaan’dalam bahasa anilisis linguistik. Kata wacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru wacana atau vacana atau ‘bicara, kata , ucapan. Kata wacana dalam bahasa baru itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana úcapan, percakapan, kuliah’ (Poerwadamarminta 1976: 1144). Kata wacana dalam bahasa indonesia dipakai sebagai padanan (terjemahan) kata discourse dalam bahasa inggris. Secara etimologis kata discourse itu berasal dari bahasa latin discursus ‘lari kian kemari’. Kata discourse itu diturunkan dari kata discurrere. Bentuk discurrere itu merupakan gabungan dari dis dan currere ‘lari, berjalan kencang’ (Wabster dalam Baryadi 2002:1). Wacana atau discourse kemudian diangkat sebagai istilah linguistik. Dalam linguistik, wacana dimengerti sebagai satuan lingual (linguistic unit) yang berada di atas tataran kalimat (Baryadi 2002:2). 
Analisis terhadap wacana pada mulanya dipelopori oleh Zellig Harris pada tahun 1952 dengan menuliskan sebuah artikel yang berjudul Discourse Analysis yang dimuat pada jurnal Language. Analisis wacana baru mulai banyak dilakukan oleh para ahli pada tahun 1960-an. Renkema (2004:1) mendefinisikan analisis wacana sebagai disiplin ilmu yang mengkaji hubungan antara bentuk dan fungsi dalam komunikasi verbal. Brown dan Yule (1983:1) dalam bukunya yang berjudul Discourse Analysis menjelaskan bahwa analisis wacana berarti melakukan analisis terhadap bahasa yang digunakan. Begitu pula dengan van Dijk (1988:24) dalam karyanya News as Discourse yang menjelaskan bahwa analisis wacana merupakan proses analisis terhadap bahasa dan penggunaan bahasa dengan tujuan memperoleh deskripsi yang lebik eksplisit dan sistematis mengenai apa yang disampaikan. Cook (1992:1) menambahkan bahwa dalam analisis wacana tidak cukup hanya menganalisis unsur kebahasaan saja, akan tetapi juga memperhitungkan konteks yang membangun wacana tersebut.
Kehadiran konteks yang dihubungkan dengan faktor kebahasaan ternyata tidak cukup memuaskan bagi proses analisis wacana. Pengaruh paradigma kritis mengahadirkan terobosan yang disebut analisis wacana kritis. Para ahli wacana kritis mendefiniskan wacana dengan terma yang lebih luas lagi. Sekelompok pengajar dari Universitas East Anglia, yakni Fowler, Hodge, Kress dan Trew (1979) melalui bukunya yang berjudul Langauge and Control dengan pendekatan linguistik kritis yang mereka gagas semakin memantapkan pengkajian wacana secara kritis. Mereka memaknai wacana sebagai praktik sosial yang bertujuan. Wacana tidak serta merta hadir begitu saja, melainkan hadir dengan tujuan tertentu yang ingin disampaikan pada khalayak penikmatnya (Fairclough dan Wodak, 1997). Teks tidak pernah dipandang sebagai sesuatu yang netral yang bebas nilai. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai suatu tindakan. Wacana bertindak dalam menentukan ke arah mana khalayak akan dibawa. Tugas utama analisis wacana kritis adalah menguraikan relasi kuasa, dominasi dan ketimpangan yang diproduksi dalam  wacana (van Dijk, dalam Tannen dkk, 2001). Sependapat dengan van Dijk, Renkema (2004:282) dalam bukunya yang berjudul Introduction to Discourse Studies menambahkan bahwa wacana merupakan refleksi relasi kuasa yang terdapat dalam masyarakat. Menurutnya analisis wacana kritis dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi masalah-masalah sosial, terutama masalah diskriminasi. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting sebagai perwujudan kuasa pihak tertentu. Suatu teks diproduksi dengan ideologi, tertentu yang ingin disampaikan kepada khalayak pembacanya.
Tujuan analisis wacana kritis adalah menjelaskan dimensi linguistik kewacanaan fenomena sosial dan kultural dan proses perubahan dalam modernitas terkini (Jorgensen dan Philips, 2007: 116). Analisis wacana yang dimaksudkan dalam penelitian ini, adalah sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subyek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang penulis dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat di ketahui. Jadi, wacana dilihat dari bentuk hubungan kekuasaan terutama dalam pembentukan subyek dan berbagai tindakan representasi. Dalam studi analisis wacana (discourse analysis), pengungkapan seperti itu dimaksudkan dalam kategori analisis wacana kritis (critical discourse analysis-CDA).

Metode Penelitian
            Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah wacana tulis dan konteks dalam situs Artikel Kompas yang berjudul ”Tak Bisa Jauh dari Ponsel? Awas Nomophobia!” edisi berita Kompas-Teknologi, 20 November 2012. Pemilihan wacana dalam Artikel yang disebutkan barusan, sebagai sumber data dalam penelitian dengan pertimbangan, yaitu Indonesia di banjiri oleh beragam teknologi yaitu ponsel yang memiliki berbagai dampak negatif bagi kesehatan. Metode simak merupakan cara pengumpulan data dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). 

PEMBAHASAN

            Di zaman yang canggih dan penuh dengan teknologi ini hampir setiapn orang memiliki telepon genggam atau ponsel, dan hingga kini penggunaan ponsel terus meningkat pesat. Pada masyarakat modern, Ponsel sudah menjadi sebuah kebutuhan primer, ibarat makanan dan minuman. Namun tak banyak yang mengerti, ternyata penggunaan ponsel itu sendiri menimbulkan efek yang negatif bagi kesehatan secara psikolog dan fisik seperti, Nomophobia (No mobile phone phobia) dan efek radiasi ponsel.
            Pembahasan kali ini adalah tentang kalimat, “mimpi kehilangan ponsel”, “Tidur dengan ponsel”, “Terserang panik bila tidak bisa menemukan ponsel”, “membawa ponsel ke kamar mandi”, “Mood jelek saat baterai ponsel menipis” , dan “Flight mode”. Kalimat-kalimat tersebut adalah bagian dari tanda-tanda Nomophobic.

A.     Kalimat “Mimpi kehilangan Ponsel”
“Mimpi kehilangan ponsel”, demikian kalimat yang termaksuk bagian dari nomophobic (No mobile phone phobia). Kalimat tersebut sudah di jelaskan sedikit di dalam situs Artikel Kompas ”Tak Bisa Jauh dari Ponsel? Awas Nomophobia!”. Namun, kalimat ini masih mengandung makna yang dalam jika di telaah secara mendalam. Perhatikan kata ‘mimpi’, berdasarkan dari sumber terpercaya situs Wikipedia, Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep). Di atas dikatakan, melibatkan ‘pikiran dan perasaan’, dengan kata lain, ponsel sudah memasuki area pikiran dan perasaan manusia. Secara psikologis, ponsel sudah mulai mempengaruhi dan bahkan sampai terbawa mimipi, akibat terserang panik takut kehilang ponsel. Maksud dari ‘kehilangan ponsel’, bagi kebanyakan orang, bukan mempermasalahkan berapa harga ponsel yang dimiliki. Namun, kepentingan ponsel tersebut, yang di dalamnya mempunyai suatu data-data yang penting atau hubungan komunikasi yang hanya bisa terjalin di ponsel, sudah membuat manusia ketergantungan pada ponsel, yang juga mampu memberikan informasi yang cepat dan tepat melalui ponsel. Tentu semua itu akan berjalan mulus jika pulsanya mencukupi.
            Maka termaksuklah nomophobia bagi orang yang merasakan mimpi buruk, ‘mimpi kehilangan ponsel’. Sebab, terjadinya mimpi buruk karena kurangnya ketenangan jiwa di dalam pikiran manusia.
B.      Kalimat “Tidur dengan ponsel”
Masih jelas kita ingat lagu Anak Indonesia, ‘bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong Ibu, membersihkan tempat tidurku’. Seperti itulah lirik lagu Anak Indonesia yang diciptakan oleh Pak Kasur. Jika di bayangkan era saat ini, kegiatan dari ciptaan pak Kasur tersebut sudah mulai menghilang dikit demi sedikit, sebab, hampir setiap orang yang memiliki ponsel, apalagi yang smartphone, bangun tidur bukan menggosok gigi atau membersihkan tempat tidur dahulu. Namun, pada saat kita terbangun, kita sibuk mencari ponsel dan memainkannya. Bahkan ada yang sampai tidak sempat mandi kemudian telat ke kantor/kampus/sekolah  , karena selalu memainkan fitur dari ponsel, seperti Internet, dan lain-lain. “tidur dengan ponsel”, kalimat ini memiliki banyak makna seperti, tidur berdua layaknya suami istri, ponsel di jadiin bantal atau juga tidur sambil menggunakan ponsel. Berdasarkan dari artikel yang kini di bahas, yang sudah sedikit sudah di jelaskan, bahwa sebagian orang tidak bisa tidur apabila ponsel tidak berada di dekatnya. Memang banyak orang tidak bisa tenang jika ponsel tidak ada disampingnya, dengan menaruh ponsel di bawah bantal atau di samping agar bisa tidur. Selain kepentingan dari ponsel yang disebutkan di atas, ponsel juga bisa menjadi alarm yang bisa membantu membangunkan pada saat kita sedang tertidur dengan lelap. Namun, mari kita perhatikan dari sisi negatifnya.
Dr. Eka Putra Setiawan, Sp.T.H.T dari bagian Divisi Otologi RS Sanglah mengatakan, perlu diwaspadai efek samping gelombang elektromagnetik yang dipancarkan HP. Radiasi telepon gengam berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Ia menyebutkan radiasi HP memancarkan 215 kali perdetik masuk ke sel-sel otak mengenai DNA dalam sel. Tiap HP memancarkan 900 Mhz-1800 Mhz. Untungnya, kata Dokter Eka ini, manusia memiliki sawar darah otak yang melindungi paparan radiasi ini. Anak-anak usia dibawah 8 tahun sangat rentan terhadap pancaran radiasi ini, sehingga sangat disarankan belum waktunya menggunakan HP. Ia menyarankan malam hari sebaiknya HP dimatikan. Jika tetap menyala, sebaiknya diletakkan di luar kamar tidur, agar gelombang elektromagnetik tidak menyerang organ otak manusia. Lapisi HP dengan aluminium agar memroteksi gelombang elektromagnetik. "Efek samping yang ditimbulkan gelombang elektromagnetik ini, sulit tidur, pusing, telinga mendenging, dan daya tahan tubuh menurun," jelasnya. elektromagnetik ini, sulit tidur, pusing, telinga mendenging, dan daya tahan tubuh menurun," jelasnya (Sumber: http://gank-zone.blogspot.com/2012/03/efek-radiasi-hp-bagi-kesehatan.html) .

C.      Kalimat “Terserang panik jika tidak menemukan ponsel”
Setiap manusia akan terserang panik jika kehilangan sesuatu, tapi berdasarkan kalimat “terserang panik jika tidak menemukan ponsel” adalah kebiasaan manusia pada biasanya. Terkadang kita kehilangan konsentrasi di kantor ataupun di lingkungan belajar, jika belum menemukan ponsel dari mobil, tas, atau kantong tempat penyimpan barang. ‘terserang panik’ disini yang dimaksud adalah kebingungan yang membuat kita menjadi linglung, tidak jelas, tidak tahu arah. Padahal tidak sedikit dari kita, pada saat kita panik mencari ponsel yang tidak ketemu, ternyata ada di dalam tas yang terselip suatu barang atau tertinggal di kamar mandi.
‘terserang panik jika tidak menemukan ponsel’, kalimat ini menunjukkan bahwa ponsel adalah suatu barang yang membuat kita seakan-akan tidak bisa hidup tanpa ponsel. Seperti yang sudah di jelaskan di atas, akan pentingnya ponsel. Inilah salah satu kebiasaan manusia yang di sebut nomophobia.
D.     Kalimat “Membawa ponsel ke kamar mandi”
Jika disebutkan suatu tempat yaitu kamar mandi, pasti yang ada di benak setiap orang adalah untuk tempat membersihkan diri. Namun, coba kita perhatikan kalimat “Membawa ponsel ke kamar mandi”, kalimat ini bisa mengandung arti bahwa ponsel adalah salah satu bagian alat untuk membersihkan diri. Dan kita juga tahu, gunanya ponsel itu apa dan dimana layak digunakan.
Kita tentu tidak jarang melihat di status-status salah satu jejaring sosial seperti facebook, twitter, ataupun Blackberry Massengger, bahwa salah satu dari mereka yang membuat status mengaku sedang berada di kamar mandi. Misalnya, “aduh, airnya kok dingin ya, padahal mau mandi nih”, atau “sabunnya harum banget, halus lagi” atau juga “gila nih kamar mandi, bau banget”. Itu adalah kalimat-kalimat status dari berbagai jejaraing sosial yang di kutip dari Akun Facebook dan Twitter, penulis.
Selain “membawa ponsel ke kamar mandi” hanya untuk meng-update status, seperti yang barusan disebutkan, terkadang juga kita untuk mendengarkan musik dari ponsel, atau juga mempersiapkan ponsel berada di dekat kita, meski kamar mandi sekalipun, agar selalu siap siaga jika ada panggilan telepon ataupun pesan atau SMS.
Hal ini sebenarnya masih batas kewajaran, tapi jika berlebihan dan lewat batas wajar, seperti menggunakan ponsel atau memainkan ponsel, pada saat buang air besar atau semacam. “Membawa ponsel ke kamar mandi” merupakan perbuatan yang bisa disebut mengidap penyakit Nomophobia. Untuk menghundari dari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak membawa ponsel ke kamar mandi.
E.      Kalimat “Mood jelek pada saat baterai habis”
Manusia adalah makhluk yang memiliki akal, pikiran dan perasaah hati. Mood adalah kata bahasa inggris yang artinya perasaan hati. “Mood jelek pada saat baterai habis”, kalimat ini memiliki makna bahwa, ketika Ponsel yang kita miliki sedang habis baterainya, akan menurunkan perasaan hati yang sedikit tidak menyenangkan. Tidak sedikit orang, ketika baterai ponsel yang dimiliki kemudian habis, akan kelimpungan kesana kemari untuk mencari colokan agar bisa mengisi baterai di ponsel. 
Ponsel sangat berperan penting ketika manusia sedang menunggu sesuatu atau sedang tidak mempunyai aktifitas. Ponsel adalah alternatif membunuh waktu selain fungsinya yang sebenarnya. Ketika baterai ponsel habis maka akan timbul Mood yang jelek, karena tidak ada lagi kegiatan yang bisa di lakukan sesaat baterai habis, apalagi tidak ada colokan untuk mengisi baterai ponsel. Selain itu “Mood jelek pada saat baterai habis”, ketika kita sedang memiliki suatu kerjaan, yang di dalam ponsel memilki data penting yang harus di keluarkan segera atau juga sedang menunggu panggilan telepon atau SMS. Tentu, untuk mengeluarkan data atau panggilan telepon dan SMS, dengan kondisi ponsel menyala, dengan kata lain baterai ponsel masih ada.
Namun, kebanyakan orang, apalagi di zaman sekarang dimana ponsel memiliki fitur-fitur game dan chatting, yang hampir seluruhnya di gunakan hanya untuk membuang-buang waktu yang kosong. Padahal, masih banyak yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu yang kosong, seperti dengan membaca buku, mendengarkan musik agar perasaan hati tetap stabil, dan mencari kegiatan lain yang sedikit bermanffaat.
F.       Kalimat “Flight mode
Pasti anda sudah mengetahui apa fungsi dari kalimat “Flight Mode” . Kalimat ini biasanya terletak pada bagian Profile ponsel yang berfungsi untuk mematikan Nada suara dan Jaringan. “fliht mode”, biasa di gunakan pada saat di dalam pesawat. Karena peraturan di dalam pesawat tidak boleh mengaktifkan ponsel, maka alternatif agar ponsel tidak di Non Actife-kan, dengan menggunakan profile “Flight mode”. Tingkah laku yang seperti ini sebenanrnya sudah sedikit berlebihan. Sebab, meskipun ponsel menyala tetapi tidak berfungsi untuk menelepon, SMS dan Internet. Hanya bisa digunakan untuk bermain game saja atau sekedar melihat-lihat isi di dalam ponsel, seperti foto dan video.  Tidak sedikit juga orang yang sedang berada di dalam pesawat, menggunakan profileflight mode” bukan bertujuan untuk bermain game atau melihat-lihat isi di dalam ponsel. Namun, hanya perasaan hati yang tidak tenang jika melihat ponsel dalam keadaan mati.
Padahal salah satu tujuan peraturan di dalam pesawat seperti mematikan ponsel, agar tidak mengganggu sistem jaringan pesawat. Padahal, di dalam pesawat juga sudah tersedia majalah agar penumpang tidak jenuh berjam-jam duduk saat penerbangan. Sudah sebaiknya ponsel di matikan pada saat penerbangan, untuk kepentingan keselamatan kita dan penumpanng lain agar terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan.


KESIMPULAN

            Artikel dari situs Kompas, “Tak bisa jauh dari ponsel, awas Nomophobia!” memperlihatkan bahwa Teknologi canggih yaitu ponsel, ternyata mempunyai dampak buruk yang semua orang hampir tidak menyadarinya. Dengan kelihaian dan kecanggihan teknologi yaitu Ponsel, mampu membuat manusia lebih mudah untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang akan dikerjakannya. Hampir setiap orang di zaman sekarang hidup dengan menggunakan ponsel. Namun,masih banyak yang tidak memperhatikan dampak buruk bagi kesehatan jiwa dan fisik. Artikel “tak bisa jauh dari ponsel, awas Nomophobia!” juga sedikit mengembalikan kesadaran manusia agar menggunakan ponsel dengan sesuai aturannya dan juga mengajarkan agar  tidak terlalu berketergantungan pada suatu benda mati seperti, ponsel.
            Selain dari dampak buruk kesehatan, Arikel “tak bisa jauh dari ponsel, awas Nomophobia” juga menunjukkan penggunaan ponsel yang masih di salah artikan. Masih banyak juga orang yang menggunakan ponsel di luar dari fungsi, bahkan masih ada yang menggunakan ponselnya seperti,  menyimpan film-film porno atau sejenisnya yang tidak bermanfaat bagi diri. Disamping itu, ponsel seharusnya alat yang bisa mempererat jalinan silaturahmi. Sering kita perhatikan di tempat-tempat seperti rumah makan, cafe, kantin dan dimana saja terkhususnya tempat-tempat hiburan dan santai, orang-orang sibuk dengan ponselnya sendiri. Sehingga terkesan tidak memperdulikan sesuatu yang ada disekitarnya yang biasanya disebut juga dengan “Sibuk dengan dunianya sendiri atau autis ponsel”. “Menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh”, adalah istilah kalimat yang pantas disebutkan kepada orang-orang yang hanya sibuk dengan dunianya sendiri.
            Ponsel merupakan alat yang sangat membantu kegiatan manusia, tetapi lebih baik lagi digunakan dengan sewajarnya dengan aturan yang sebenarnya agar terhindar dari dampak-dampak yang merugikan bagi kesehatan jiwa dan fisik.
           








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Tata Bahasa Kasus (Case Grammar)

Perbedaan Bahasa antara Jawa Indonesia dan Jawa Suriname”

CINTA-MU SELUAS SAMUDRA KARYA GOLA-GONG