Ideologi bahasa pada link "GoTopless"



oleh : Kurnianto
 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dalam komunikasi antar manusia lainnya. Banyak maksud yang dapat tersirat dari makna isi bahasa tersebut. Salah satunya adalah ideology yang di diterapkan pada bahasa dalam media penyampaiannya. Bagi mereka yang memikirkan apa yang tertulis dalam barisan kata-kata yang mereka baca, ada suatu siratan yang berasal dari kalimat yang dibaca, di situlah ideology mulai beraksi dan menjalankan tugasnya dengan pemikiran yang terkandung dari makna dan maksud dari tulisan tersebut.
Dalam konteks bahasa sering ada pertanyaan bahwa “Apakah perempuan dan laki-laki itu memang berbahasa secara berbeda?” Ada pandangan bahwa yang mengemukakan bahwa perempuan dan laki-laki berbahasa secara berbeda. Keributan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan dimana perempuan juga ingin disamakan dengan laki-laki dalam segala hal, mulai dari profesi, sampai dengan penampilan walaupun melanggar norma-norma atau kebiasaan yang dapat dinilai menyimpang oleh orang lain. Terkait dengan yang akan dibahas oleh penulis, yaitu perempuan menuntut kesetaraan dalam segi penampilannya melalui gerakan “topless”.
Topless merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh para perempuan dimana mereka ingin setara dengan laki-laki, boleh bertelanjang dada di tempat umum seperti apa yang dilakukan oleh laki-laki. Perempuan ingin merasa bebas berpenampilan apapun tanpa ada larangan dari pihak manapun. Para perempuan secara masal membuat suatu gerakan yang beranggotakan para aktivis Topless dengan cara membuat suatu organisasi yang menuntut kesetaraan tersebut.
Tulisan ini akan menganalisa yang berhubungan dengan organisasi “GoTopless”. Korpus berasal dari artikel dalam websitenya yaitu www.gotopless.com yang berisikan tentang ideology dalam menggerakkan dan mengajak untuk mendukung gerakan topless.

LATAR TEORITIS
Ubjek dalam kajian ini adalah para elite perempuan, baik local maupun nasional. Mereka adalah sebagai individu-idividu yang daam istilah Erickson disebut dengan “penjaga gerbang” (gatekeepers), yakni individu-individu yan sudah diberikan autoritas-baik formal maupun informal-untu membat keputusan-keputusan atas nama institusi yang akan mempengaruhi mobilias orag lain atau masyarakat pada umumnya (simak Scollon & Scollonn, 1983:157) menurut buku Anang Santoso (2009) dalam “Bahasa Perempuan: Sebuah Potret Ideologi Perjuangan”.
Di dalam buku yang sama, Anang Santoso mengatakan bahwa wacana adalah kreasi social yang merefeksikan kepentingan kelompok. Wacana berkenaan dengan perspektif tertentu.
Menurut Santoso (2009) bahasa perempuan tidak boleh lagi dipandang fenomena unik yang harus mendapatkan perlakua khusus. Bahasa perempuan haruslah memperoleh tempat yang “sudah sewajarnya” seperti bahasa (laki-laki) yang selama inia menjadi pengetahuan umum bagi kita (Santoso, 2009:16).












Deskripsi (analisis teks)
 



Interpretasi (analisis teks)
 



Eksplanasi (analisis teks)
 




Gambar 1 Model Analisis Wacana Kritis Fairclough (Sumber; Fairclough, 1995:98)
)

 
 









                       
Pada Gambar 1 diperoleh pemahaman bahwa tiga langka analisis dalam analisis wacana kritis-yakni deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi-bersifat simultan sesuai dengan asumsi dasar relasi antara struktur mikro (teks) danstruktur makro (institusi social dan masyarakat) yang bersifat dialektis (Santoso, 2009:12).
Fariclough (dalam Santoso, 2009:64) mengatakan bahwa ada fitur-fitur yang terkait tentag formal kebahasaan yang digunakan atau dipilih dalam komunikai, yaitu:
1.       Nilai pengalaman kosakata diwujudkan dalam pelbagai pilihan yang meliputi:
·         Pola klasifikasi
·         Kata yang secara ideologis diperjuangkan
·         Proses leksikal
·         Relasi makna
·         Metafora
2.       Nilai relasional kosakata diwujudkan dalam pelbagai pilihan, yang meliputi:
·         Ekspresi eufemistik
·         Kata-kata formal yang menonjol
·         Kata-kata informal yag menonjol
3.       Nilai ekspresif kosakata diwijudkan melalui pilihan, yang meliputi:
·         Evaluasi positif
·         Evaluasi negative

Gramatika, menurut Richard, Platt, & Platt (pada Santoso, 2009:94) didefinisikan dengan “sebuah deskripsi struktur sebuah bahasa dan cara unit-unit kebahasaan seperti kata dan frasa dikombinasikan untuk menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa itu”. Fowler memisalkan, tampaknya juga mengikuti cara pandang ini dengan menjabarkan gramatika ke dalam:
1.       Ketransitifan
2.       Nominalisasi
3.       Kalimat aktif-pasif
4.       Kalimat positif-negatif
5.       Kalimat berita-tanya-perintah
6.       Modalitas
7.       Pronomina
8.       Kalimat majemuk setara dan bertingkat

Analisis kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsur-unsur fungsional kalimat. Verhaar (1996) mengatakan, bahwa ‘peran’ adalah segi semantic dari peserta-peserta verba. Unsur peran ini berkaitan dengan makna gramatika/sintasis. Dengan pegisian unsur peran ini, dapatlah diketahui makna yang ada pada masing-masing unsur fungsional (Ida Bagus, 2007:64)

ANALISIS
Dalam website www.gotopless.com di tab “News” terdapat beberapa artikel tentang berita mengenai gerakan GoTopless ini. Tulisan ini mengambil satu artikel tentang aksi para aktivis topless, yang berjudul “GoTopless organization denounces the Western 'breast hijab' imposed on women at the Olympics and in daily life.”
1.       GoTopless, a U.S.-based women’s rights organization fighting for women’s constitutional gender topless equal rights, today denounced the fact that female Olympic athletes aren’t allowed to go topless during their events while men can legally compete in several with bare torsos.

Dalam paragraf ini, para aktivis topless ini meminta untuk melegalkan topless di ajang Olimpiade, namun ditentang oleh para emansipasi dalam ajang tersebut. Para aktivis topless berusaha untuk agar segera melegalkan bertelanjang dada ketika dalam ajang Olimpiade terseperbut seperti halnya laki-laki. Para perempuan tersebut ingin memperluas jangkauan kebebasan atas ideologinya untuk mencoba menjangkau ke kancah bergensi internasional. Tentu hal tersebut tidaklah mudah, karena banyak tentangan dari kebudayaan-kebudayaan lain yang belum bisa menerima hal tersebut, seperti budaya timur.
Di U.S setelah semenjak dilahirkannya organisasi penggerak kesetaraan gender ini, menjunjung tinggi hak wanita di mata public, karena selalu membuat berbagai macam kampanye dalam menarik dan mengumumpak GoTopless, sehingga berembang pesat didaerah U.S.

2.       “Meanwhile, the international community is up in arms over some female athletes wearing a hijab that’s not required of their male counterparts,” said Nadine Gary, president of GoTopless, in a statement released by the organization this morning. She was referring to the Olympic committee’s decision to allow Saudi, Brunei and Qatar sportswomen to compete with covered heads.

Nadine Gary sebagai presiden gerakan GoTopless mengemukakan pendapatnya tentang kesetaraan dengan mengkomparasi laki-laki dan perempuan, dimana pada wanita muslim diwajibkan untuk berjilbab, tetapi laki-laki tidak. Hal ini tentu membuat iri dirinya dan anggota aktivis lainnya. Ideology tersebut tentu sangat controversial, karena hanya melihat pada sisi kesetaraan sesame manusia, tetapi tidak memperhatikan aspek-aspek lain yang mempengaruhi hal tersebut sehingga terjadi, seperti agama dan kepercayaan. Dia meniai bahwa wanita yang menggunakan jilbab dapat mengganggu para olahragawati ketika sedang bertanding di lapangan.
Menurut Gary memang menggunakan jilbab adalah salah satu ketidak adilan yang dilakukan oleh laki-laki, tetapi di sisi lain, banak wanita yag menginginkan dirinya menutupi seluruh tubuhnya untuk disembunyikan di depan umum untuk tidak dilihat oeh orang lain, karena merupakan aurat yang harus ditutupi sebagai wanta yang memiliki kepercayaan. Tidaklah mudah Gary memberikan pengaruh ideologinya kepada wanita yang memiliki kepercayaan kuat kepada agamanya seperti itu, karena banyak factor yang bisa mempertahankan ataupun malah melawan ideology dari gerakan GoTopless.


3.       “We mustn’t forget that a woman’s right to go topless is just as important as permitting her to go out without a head covering,” Gary said. “During the U.S. versus Spain water polo game, one of the players grabbed the bathing suit of her opponent, briefly exposing her breast. Now, nobody thinks twice about seeing a male nipple, but that split second of female nipple exposure made headlines. In fact, there was considerable discussion about how to prevent such ‘wardrobe malfunction’ in the future!”Gary pointed out that male swimmers and divers can expose their naked chests while females athletes cannot.
Gary lagi-lagi tidak setuju dan merasa tidak adil ketika pada saat pertandingan antara U.S melawan Spanyol dalam pertandingan polo air, ada salah satu pemain menarik pakaian pemain lain sehingga pakaiannya terbuka sampai bagian payudaranya, dan kejadian tersebut sangat disorot oleh kamera, sampai-sampai sepat menjadi berita utama. Sedangkan jika laki-laki yang mengalami kejadian seperti itu. Akankah sama hebohnya seperti yang dialami oleh atlit perempuan polo air tersebut.
Sama kasusnya yang pernah dialami oleh Pamela Anderson yang sedang menari di ajang perlombaan Dance on Ice. Dengan tidak sengaja ketika ia sedang menari di atas es, tiba-tiba ada satu gerakan dimana Pamela bersandar dengan posisi khayang sehingga payudaraanya sempat keluar dari sangkarnya. Tentu kejadian seperti itu tidak ingin dialami oleh siapapun karena tidak disengaja dan tidak pernah direncanakan. Hasilnya Pamela didiskualifikasi dalam ajang perlombaan Dance on Ice tersebut. Dan dia juga sangat menyesali kejadian itu, karena berita tentang kecelakaan yang membuat malu dirinya menjadi ramai dipertimbangkan di internet.
4.       “Still, the Western world had the nerve to cry foul about gender inequality when some of the women were forced by their home nations to wear a hijab at the games,” Gary said. “We need to acknowledge that the West also imposes a form of hijab on women when they are legally forced to cover their chests in public, and that it is a harshly punished criminal act for women to go bare-breasted, whether in Europe, the United States, Canada, Australia, or South America! This form of gender discrimination also stems from a male-dominated religion, just a different one. A law banning female toplessness is clearly unconstitutional unless toplessness is also banned for men. Gender equality at the Olympic Games as well as in everyday life means ‘all or none’ and nothing in between!”
Ideologi Gary sudah sangat kuat dalam bahasa yang dia ucapkan terkesan extreme karena ia sangat memperjuangkan ideologinya tersebut untuk disebarluaskan. Sedangkan ia sangat tidak suka terhadap kebjakan-kebijakan pemerintah Negara-negara muslim yang memaksa para atlit olimpiadenya untuk memakai jilbab pada petandingan. Entah apa yang membuat Gary sangat memusuhi ketidaksetaraan perempuan dengan laki-laki. Kefrontalan bahasa yang dilontarkan pada paragraf ini dapat menimbulkan banyak argument-argumen negative dari pembaca, karena pembahasan dalam tulisan ini membawa  agama. Sangat bertentangan apabila muslim yang membaca artikel ini. .
Artikel ini berasal dari situs web www.gotopless.com sehingga si penulis artikel inidengan bebas dan leluasa menggunakan bahasa yang dia suka dengan makna sesukanya karena merupakan web pribadi kelompok. .
Ada beberapa Negara yang menghukum bagi warganya yang membuka dadanya di depan umum, karena dapat meresahkan warga lainnya, serta mengganggu public. Memang Negara selain U.S sulit untuk mendapatkan kelegalan topless di negaranya, karena masih sedikit organisasi pembela topless di masing-masing Negara tersebut. Lain halnya keberadaan GoTopless di U.S telah memiliki wewenang tuk mengkoordinir para anggota aktivis maupun para relawan topless yang mendukung bebasnya membuka dada di depan umum seperti yang dilegalkan pada laki-laki. Telah memiliki banyak event yang sudah dibuatnya, mulai dari orasi-orasi menuntut membuat undang-undng legal topless, hingga perayaan hari Topless yang diselenggarakan di U.S.
Tentu tidak hanya melalui tulisan dan orasi saja, yang dilakukan oleh aktivis topless ini dalam menyampaikan ideologinya dengan cara menjual kaos yang bertuliskan “GoTopless”. Dampak adanya kaos yang terjual keppada masyarakat, secara tiidak langsung telah menyebarluaskan melalui iklan dalam bentuk kaos yang digunakan oleh orang-orang. .
5.       Gary said GoTopless was founded by Maitreya Rael, spiritual leader of the International Raelian Movement (rael.org), an “atheistic religion” that denounces all human rights violations worldwide.“Traditional religions are the main source of human rights abuse,” Gary said. “And that’s especially true for women’s rights violations around the world.”She added that GoTopless is organizing GoTopless Day rallies throughout the world on August 26 to protest against gender topless inequality.“Taking part in these rallies is an ideal way to honor Women Equality Day, which is also celebrated on August 26,” Gary said.

Maitreya Real adalah pendiri dari gerakan GoTopless ini, yang mana dia adalah pemimpin International Raelian Movement yang beragama ateis. Tidak mengherakan gerakan ini terbentuk oleh ulahnya, karena tidak ada yang dipercayai sebagai tuhannya, dan semua larangan-larangan yang dibuat dengan kebijaka di masing-masing Negara, merupakan sebuah pelanggaran HAM karena melarang kebebasan seseorang untuk mendapatka kenyamanan.
Gary juga menyisipkan ideology-ideologi topless pada Hari Emansipasi Wanita sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidaksetaraannya antara permpuan dan laku-laki. Mungkin GoTopless merupakan gerakan emansipasi wanita di U.S, namun mungkin tidak di Negara lain, karena banyak juga wanita yang menentang adanya gerakan GoTopless di dunia, dapat diasumsikan bahwa gerakan tersebut juga dapat melecehkan harga diri wanita, yang mana telah dietahui oleh masyarakat umum bahwa payudara seorang wanita haruslah ditutupi dengan sewajarnya, karena merupakan bagian privasi yang harus ditutupi.
Dengan begitu, Gary dapat dibilang virus karena membawa pengaruh buruk terhadap wanita yang ada di dunia. Dia berkata bahwa penyebab dari ketidakbebasan dalam memmbuka dada ini disebabkan oleh agama kuno yang mewajibkan pengikutnya untuk menutupi dan menggunakan pakaian yang sopan bagi perempuan. Agama ateis merupakan paham baru yang sungguh bertentangan ataupun banyak kontraversi karena ideology-ideologinya yang mungkin bertentangan dari kehidupan manusia yang sewajarnya, karena tidak memiliki aturan ataupun anjuran dari kepercayaannya, sehingga mereka dapat berbuat bebas dengan apa yang mereka ingin lakukan.



KESIMPULAN
Bahasa merupakan pengantar yang sangat baik sebagai kendaraan ideology sehingga sampai kepada yang dituju. Pembentukan ideology dalam bahasa, dapat dirangkai dari berbagai macam fitur-fitur yang dapat digunakan dalam penyempurnaan bahasa, sehingga ideology tepat sampai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat ideology tersebut. Dimana bahasa dalam memperkuat dan mempertahankan ideologinya dalam kalimat ataupun teks tersebut memiliki kekuatan besar dalam mempertahankannya, kemungkinan besar ideology bisa langsung merasuk dan mempengaruhi si pembaca untuk mengikuti dan menerapkan ideology apa yang terkandung dalam teks tersebut.
Topless dengan geraknnya yaitu GoTopless dapat dibilang berhasil mengkontribusikan ideologinya untuk mengajak dan mendukung gerakan anti penutup dada ini. Gerakan GoTopless ini berhasil membuka kunci kelegalan dalam kebebasan membuka dadanya di muka public seperti halnya yang diperbolehkan terhadap laki-laki. Gary sebagai presiden GoTopless terus berusaha untuk menyebar luaskan ideology yang dianggap dia benar ini ke seluruh penjuru dunia agar perempuan di seluruh dunia dapat merasakan betapa bebasnya perempuan tanpa menggunakan penutup dada, mersakan apayang dirsakan laki-laki ketika tidak menggunakan baju di muka public.
Dengan adanya gerakan GoTopless di U.S ini, Sebagai manusia yang memiliki moral dan norma, sebaiknya kita memikirkan matang-matang dalam menerima ideology tentang membuka penutup bagian dada ini, karena sebagai manusia yang memiliki agama dan kepercayaan, khususnya Islam, sebagai perempuan diharuskan menutup seluruh bagian tubuhnya untuk menutupi auratnya. Bahkan mengharamkan gerakan GoTopless ada di dunia, karena dapat meracuni dan menyesatkan umat manusia di dunia. Bukan dilihat dari agama saja, persebaran topless ini diindikasikan juga dapat meningkatkan pemerkosaan dan penyakit menular kelamin akibat dari bebasnya sex yang dapat dilakukan dimana saja.                 

Referensi
http://gotopless.org (Akses10 Januari 2013 : 15.17)
Patrayasa, Ida Bagus (2007). Analisis Kalimat. Jakarta: Atara Dhika.
Santoso, Anang. (2009). Bahasa perempuan: Sebuah potret ideologi perjuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Said Ali, As’ad (2012). Ideologi Gerakan Pasca-Reformasi. Jakarta: LP3PES.


Komentar

  1. Ok Herianto yang perlu diketahui laki-laki dan perempuan memang berbeda secara fisik tapi bukan berarti tidak bisa diperlakukan secara adil. Di sini anda menulis seperti ini
    “Ideology tersebut tentu sangat controversial, karena hanya melihat pada sisi kesetaraan sesame manusia, tetapi tidak memperhatikan aspek-aspek lain yang mempengaruhi hal tersebut sehingga terjadi, seperti agama dan kepercayaan.”
    Anda menulis “gotopless hanya memperhatikan aspek kesetaraan manusia”,terima kasih berarti anda tahu dapat bertelanjang dada baik wanita dan pria di umum adalah kesetaraan yang sebenarnya .lalu soal “yang mempengaruhi hal tersebut hingga terjadi” jangan lupa pikiran manusia makin berkembang dan bahwa sudah banyak pikiran orang kuno yang salah dirubah, mereka / gotopless juga menyadari tidak semua tradisi lama selalu benar .
    Ini juga bisa dibalik, buat mereka yang meyakini bahwa berjilbab benar itu hanya melihat aspek agama atau kepercayaan atau tradisi belaka tanpa melihat aspek keadilan gender dan bahwa perubahan yaitu kesetaraan bertelanjang dada tanpa adanya efek negatif dapat mungkin dilakukan.

    "Artikel ini berasal dari situs web www.gotopless.com sehingga si penulis artikel inidengan bebas dan leluasa menggunakan bahasa yang dia suka dengan makna sesukanya karena merupakan web pribadi kelompok."
    Mengapa disini anda berat sebelah? tahukah kamu banyak web sebaliknya dimana mereka menyuruh perempuan menutup tubuhnya (berjilbab etc) dan mereka juga dengan leluasa menggunakan makna yang mereka suka, yang menurut mereka benar karena merupakan web kelompok mereka juga...dan karena mereka mayoritas tentunya.

    "namun mungkin tidak di Negara lain, karena banyak juga wanita yang menentang adanya gerakan GoTopless di dunia, dapat diasumsikan bahwa gerakan tersebut juga dapat melecehkan harga diri wanita, yang mana telah dietahui oleh masyarakat umum bahwa payudara seorang wanita haruslah ditutupi dengan sewajarnya, karena merupakan bagian privasi yang harus ditutupi."
    Melecehkan harga diri wanita? Kalau keadaanya pria tidak bertelanjang dada sama sekali,itu masih masuk akal tapi perempuan juga bebas melihat dada priakan? ;perempuan boleh saja melihat justin bieber, ade rai, iklan l-men yang bertelanjang dada ,so? Why not sebaliknya itu bukan pelecehan.yang anggap begitu itu doktrin belaka.
    Bicara privasi yang harus ditutupi saya sering melihat di Indonesia ini pria ditelanjangi di umum karena maling contohnya well gak ada yang bilang itu melecehkan harga diri pria tapi begitu keadaanya berubah artis berpakaian seksi walau masih berpakaian saja masyarakat beranggapan melecehkan wanita, ini tidak adil untuk pria!
    Tahukah konsep pemikiran wanita berjilbab “jika saya sampai berpakaian seksi saya berhak melihat pria telanjang bulat” itu seksisnya mereka. Plus perkosaan bukan ditentukan karena wanita berpakaian,walau wanita seksi di umum pria tidak berhak memerkosa wanita. Jangan engkau samakan nudity dengan sex bebas .
    Maka saya mendukung gotopless lebih kepada kesetaraan berpakaian di publik bukan saya menghina tapi saya menyampaikan apa yang saya pikirkan karena gotopless bagi saya adalah gerakan kesetaraan gender yang sebenarnya thank

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Tata Bahasa Kasus (Case Grammar)

Perbedaan Bahasa antara Jawa Indonesia dan Jawa Suriname”

MATERI DAN TUGAS BAHASA INGGRIS kelas 7 (Parts of Lyrics)