Internet berpengaruh pada Imperialisme Linguistik
Nama : Rana Meisara General
Linguistic

I.
Pendahuluan
Imperialisme bahasa merupakan
dominasi bahasa suatu negara dimana sebuah negara yang lebih kuat dan maju
mempengaruhi dan mendominasi bahasa negara yang lebih lemah atau berkembang,
pendominasian ini dilakukan agar negara maju dapat lebih mudah menguasai negara
berkembang dalam semua bidang. Hal ini menunjukkan bahwa negara maju mempunyai
kekuatan lebih besar untuk mendominasi negara lain.
Jika sebuah negara ingin
mendominasi negara lain, maka negara tersebut haruslah mempunyai kekuatan yang besar,
atau terdapat sesuatu yang menonjol di salah satu bidang yang berpengaruh
terhadap negara- negara lain. David Crystal berpendapat “language exists only in the brains and mouths and ears and hands and
eyes of its users. When they succeed, on the international stage, their
language succeeds. When they fail, their language fails” (Crystal, 1997:7).
Fenomena imperialism yang sangat terlihat adalah dominasi bahasa Inggris di
dunia, bahasa Inggris sangat mendominasi hampir seluruh negara di dunia,
bahkan, bahasa Inggris sudah disebut sebagai bahasa internasional. Hal itu
dikarenakan Inggris dan Amerika yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa
resmi negaranya adalah negara super power.
Yang mempunyai pengaruh besar di dunia internasional
Hampir di setiap negara asing
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua setelah bahasa resmi negara
tersebut. Persebaran bahasa Inggris juga sudah sangat luas di Indonesia. Banyaknya
media penyebaran bahasa Inggris sangat berperan dalam fenomena Imperialisme
bahasa. Di dalam essay ini penulis akan menunjukkan dominasi bahasa yang
terjadi di Indonesia melalui salah satu media sosial internet yaitu twitter, dimana saat ini banyak sekali
pengguna twitter di Indonesia.
II.
Landasan Teori
Crystal (dalam jurnal Walter
2007:9) mengungkapkan bahwa ada beberapa tipe pengaruh atau kekuatan yang membuat
bahasa Inggris mendominasi negara lain, diantaranya adalah politik, militer,
ekonomi, dan budaya. Ungkapan tersebut akan menjadi teori utama essay ini.
Pada awal abad ke-19, Britania sudah
menjadi negara pemimpin industri dan perdagangan. Pada akhir abad tersebut
populasi USA lebih besar dari negara – negara di Eropa Barat dengan keadaan
ekonomi yang paling produktif dan paling cepat berkembang di dunia (Crystal
1997:10). Dua fakta tersebut menunjukkan bahwa Inggris dan Amerika sudah
menjadi negara yang cukup kuat untuk mendominasi negara lain sejak saat itu.
“It may take a militarily powerful nation to establish a language, but
it takes an economically powerful one to maintain and expand it” (crystal
1997:10). Dilihat dari pernyataan Crystal tersebut, faktor ekonomi mempunyai
peran yang cukup penting dalam imperialisme bahasa, karena dalam mendominasi
bahasa, sebuah negara tidak bisa hanya membentuk bahasanya, tetapi mereka juga
harus berusaha untuk menjaga dan mengembangkan bahasanya di negara lain. seperti
halnya Phillipson di dalam bukunya yang berjudul “Lingustic Imperialism”,
yaitu, ‘A working definition of English
linguistic imperialism is that the dominance of English is asserted and
maintained by the establishment and continuous reconstitution of structural and
cultural inequalities between English and other languages.’ (Phillipson,
1992:47). Pernyataan Phillipson tersebut menunjukkan bahwa bahasa Inggris
mendominasi secara tegas dan terus menerus, menyebarkan dan mempromosikan
bahasa dengan baik dan benar secara struktural, dan mempertahankannya.
Pada abad ke-19 dan 20,
ekonomi mulai memegang kendali secara global, hal ini di dukung oleh teknologi
– teknologi canggih yang dihasilkan, terutama teknologi komunikasi seperti, telegram,
telepon, dan radio. Pertumbuhan industri dan bisnis yang kompetitif menimbulkan
ledakan pemasaran dan periklanan international (Crystal 1997:10). Dengan
keadaan ekonomi yang produktif dan berkembang pesat, maka dengan mudah sebuah
negara menjaga dan mengembangkan bahasanya. Dengan demikian semakin banyaklah
media – media yang digunakan untuk mempromosikan bahasa di dunia internasional.
Media berperan penting dalam
proses imprialisme, peran media adalah menyebarkan bahasa dan mempromosikan
bahasa kedunia international. (Crystal, 1997:91-100) media yang berperan
menurut Crystal diantaranya adalah:
-
The press
-
Advertising
-
Broadcasting
-
Cinema,
-
Popular music.
“English
linguistic imperialism is often advenced by such cultural activities as film,
videos, and televition” (Phillipson, 1992:59). Selain Crystal, Phillipson
berpendapat bahwa kebudayaan juga menjadi pengaruh besar dalam mendominasi
bahasa. contohnya seperti, film, video, dan televisi.
Ada satu media lagi yang tidak kalah besar pengaruhnya dalam
mendominasi bahasa, yaitu internet. Di Indonesia internet sangatlah banyak
penggunanya belakangan ini. Terutama pada media – media sosial yang biasa
digunakan untuk berinteraksi dengan orang banyak di seluruh dunia. Terlebih
lagi jangkauan internet sangatlah luas, sehingga seluruh dunia dapat mengaksesnya
dari manapun melalui media elektronik.
Bukti pengaruh internet sangat besar adalah, disaat kita
menggunakan internet dan mencoba mencari sebuah informasi dengan menuliskan
kata kunci dalam bahasa Indonesia, maka bisa dipastikan akan hanya ada beberapa
hasil informasi yang muncul. Tetapi, apabila kita menuliskan kata kunci dalam
bahasa Inggris, secara otomatis internet akan memberikan banyak sumber tentang
informasi yang sedang kita cari. Dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa
penyebaran dan dominasi bahasa Inggris melalui internet sangatlah besar
pengaruhnya di Indonesia, maupun negara lain.
III.
Data analisi
Data analisis ini saya
dapatkan dari wawancara melalui email kepada 6 orang yang terlihat menggunakan
bahasa inggris di sosial media, diantaranya adalah:
Resa Redita (@sweetlifeforcha),
Nurullia Anjani (@annjanni), Asisah (@iizAsisah), Farizky Sharfina (@sharvejkul),
Fahmy Ramdhani (@fahmy_ramdhany), Gretha
(@gwon607).
Semua partisipan yang saya wawancara berkewarganegaraan
Indonesia yang mempunyai akun twitter, penulis menganalisis alasan pengguna
twitter tersebut tentang penggunaan bahasa Inggris di media sosia seperti
twitter, penulis melihat profil twitter mereka satu persatu dan bahasa yang
mereka gunakan saat membuat kata – kata di twitter, ternyata mereka sering
menggunakan bahasa inggris, saat ditanyakan lebih lanjut tentang alasan mereka
menggunakan bahasa Inggris, setiap partisipan mempunyai jawaban yang berbeda -
beda.
a. Pengguna twitter : Resa Redita,
Nama twitter: @sweetlifeforcha
“This
is my longest hair I ever had -_- I dont have plan to cut it but I want to coloring my hair again~but I
think it will be expensive T-T”
kutipan
diatas adalah salah satu contoh tweet narasumber saat menggunakan bahasa
Inggris di sosial media. Dan saat ditanya tentang alasan menggunakan bahasa
Inggris di Twitter ia menjawab: “biar jago bhs ingnya~ ga kayak skrng yg bhs ing adalah hal wajar, pas zaman gw
sd/smp gtu, klo lo jago bhs ing apalgi speakingnya, pasti keliatan keren bgt
kan,nah gw ga mo keliatan kalah gtu~ hahaha pikiran abg gw dlu, jd krn pgn jago
bhs ing gw selalu pake bhs ing didunia maya gtu,dan lebih sering baca news ato
apapun gtu pake bhs ing~ dlu buat email ini jg langsung pake versi eng sdngkan
tmn2 gw versi indo,cm gw ga mau krn ga keliatan keren~ keke~ ini email awet bgt
dan gw buat sjak smp kynya~”
Analisis : jawaban pengguna twitter diatas menggambarkan bahwa ia lebih
suka berbahasa Inggris saat menggunakan twitter, alasannya karena ingin
terlihat ‘keren’, hal ini menunjukkan bahwa bahasa inggris tidak hanya
mendominasi bahasa lain, tetapi juga menyiratkan ideology terhadap penggunanya.
Jawaban pengguna twitter juga memberi penjelasan lain, pada kalimat “ga kayak
skrng yg bhs ing adalah hal wajar, pas zaman gw sd/smp gtu, klo lo jago bhs ing
apalgi speakingnya, pasti keliatan keren bgt”. Kalimat tersebut menjelaskan
bahwa bahasa Inggris mengalami perkembangan di Indonesia, dulu tidak banyak
yang bisa berbahasa Inggris, tetapi sekarang bahasa Inggris sudah banyak di gunakan
dan menjadi hal wajar.
b. Pengguna twitter : Nurullia Anjani
Nama twitter : @annjanni
“Sometimes
people say bad mouth about other and they not look their self when their
talking like that #sigh”
kutipan diatas adalah salah satu
contoh tweet narasumber saat
menggunakan bahasa Inggris di sosial media. Tetapi saat ditanya apakah lebih
suka menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia di twitter, ia menjawab: “lebih
suka dan sering menggunakan bahasa Indonesia, skalanya tuh kaya 80% bahasa
Indonesia 20% bahasa Inggris. Tapi kadang keduanya suka gue gabungin dalam
sekali twit dan tergantung sama apa yang pengen gue twit kira-kira cocok ga
kalo gue gabung sama bahasa inggris”
Dan saat
ditanya alasannya, ia menjawab: “karena
menurut gue dengan menggunakan bahasa Indonesia itu jauh lebih mudah untuk
mengartikan dari twit itu sendiri. Asal jangan sampai bahasa Indonesia yang di
twit itu berubah pake bahasa alay, contohnya seperti Jakarta yang diubah
menjadi Jekardah, sejak kapan Jakarta berubah jadi Jekardah??!!”
Analisis : walaupun terkadang
menggunakan bahasa Inggris, tetapi ternyata ia lebih suka menggunakan bahasa
Indonesia di twitter, dan menurutnya, bahasa Indonesia lebih mudah dimengerti dari
pada bahasa Inggris.
c. Pengguna
twitter : Asisah
Nama twitter :
@iizAsisah
“i
have no idea about Yunho, sometimes he's act like kid but actually he's really
manly -,-a”
kutipan diatas adalah salah satu contoh tweet
narasumber saat menggunakan bahasa Inggris di sosial media. Tetapi saat ditanya
apakah lebih suka menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia di twitter,
ia menjawab: “bahasa indonesia.”
dan saat ditanya alasannya,
ia menjawab: “karena menggunakan bahasa indonesia lebih mudah, tidak
perlu memikirkan takut salah, dan tidak dipusingkan dengan penggunaan grammar
seperti bahasa inggris. namun ada kalanya juga menggunakan bahasa inggris. tetapi
menggunakan bahasa inggris masih terbatas karena tidak banyak kosa kata yang
diketahui, hanya percakapan sehari- hari yang banyak orang ucapkan.”
Analisis : walaupun terkadang menggunakan bahasa
Inggris, tetapi ternyata pengguna twitter lebih suka menggunakan bahasa
Indonesia di twitter, ia beralasan bahwa bahasa Indonesia lebih mudah dari
bahasa Inggris. Hal ini sama dengan analisa dari twitter @Annjanni sebelumnya,
bahasa Inggris menjadi kendala dikarenakan kurangnya pengetahuan terhadap
bahasa Inggris tersebut.
d. Pengguna twitter : Farizky Sharfina
Nama
twitter : @sharvejkul
“I MUST
DL THIS PERFORMANCEEEE!! I CAN'T STOP TO PLAY IT. REPEAT AND REPEAT IT AGAIN!”
Kutipan diatas adalah salah satu contoh tweet
narasumber saat menggunakan bahasa Inggris di sosial media. Dan saat ditanya tentang
alasan menggunakan bahasa Inggris di Twitter ia menjawab: “karena lebih simple dan enak, slain itu juga saya jd bisa berkomunikasi
dgn org slain org indo. ada kalanya sy hanya bisa mengungkapkan sesuatu dgn bhs
inggris tdk bhs.indo. disisi lain sya jg bs improve skill english saya”
Analisis : pengguna twitter lebih suka menggunaka
bahasa Inggris dari pada bahasa Indonesia karena iya merasa bahasa Inggris
lebih sederhana, dapat berkomunikasi dengan orang asing, dan untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa Inggris.
e.
Pengguna twitter : Fahmy
ramdhani
Nama
twitter : @fahmy_ramdhany
“China’s new leadership: economic reform yes,
political reform no..”
kutipan diatas adalah salah satu contoh tweet
narasumber saat menggunakan bahasa Inggris di sosial media. Dan saat ditanya
tentang alasan menggunakan bahasa Inggris di Twitter ia menjawab: “Karena bisa sekalian improvisasi kemampuan
berbahasa asing, biar makin fluent.”
Analisis : alasan pengguna twitter ini sudah jelas
bawa ia ingin melatih Bahasa Inggrisnya agar menjadi lebih sempurna. Keinginan
untuk belajar bahasa Inggris seperti ini sudah termasuk dalam fenomena
imperialisme
f.
Pengguna twitter : Gretha
Nama
twitter : @gwon607
“10 hours for sleep. 1 hours for eat. 4 hours
for college. 3 hours on the way. 3 hours for drama. 2,5 hours for socmed. 30
minutes for paper!”
Kutipan diatas adalah salah satu contoh tweet
narasumber saat menggunakan bahasa Inggris di sosial media. Dan saat ditanya
tentang alasan menggunakan bahasa Inggris di Twitter ia menjawab: “Selain lebih ada gengsinya, kebetulan saya
punya beberapa teman yang bukan orang Indonesia. Jadi, agar semua teman twitter
saya bisa membaca update twitter saya, umumnya saya menggunakan bahasa inggris.
tetapi untuk hal-hal yang sifatnya membalas mention dari teman indonesia, tentu
saya ttp menggunakan bahasa Indonesia. Sebaliknya, untuk teman di luar
Indonesia, saya cenderung menggunakan bahasa Inggris, bahasa general.”
Analisis : pengguna twitter ini menggunakan bahasa
Inggris di sosial media dan bertujuan untuk dua hal, yaitu karena ‘gengsing’
dan karna ingin bisa berinteraksi dengan orang asing. Hal ini bisa disebut
linguicism, dimana seseorang merasa terdiskriminasi jika tidak bisa menggunakan
sebuah bahasa.
Dari enam pengguna twitter yang
saya wawancara dan analisis, dua diantaranya lebih memilih berbahasa Indonesia
di twitter, sedangkan sisanya memilih berbahasa Inggris dengan alasan masing-
masing yang berbeda.
Pada pengguna twitter ke-2 dan
ke-3, mereka menyatakan bahwa mereka lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia
dari pada bahasa Inggris, tapi itu bukan berarti mereka tidak pernah
menggunakan bahasa Inggris di akun twitter mereka, mereka tetap menggunakan
bahasa Inggris sewaktu – waktu mereka ingin menulisnya, hal ini terjadi karena
keterbatasan pengetahuan tentang bahasa Inggris, tetapi disisi lain mereka
ingin menggunakan bahasa Inggris karena adanya kepercayaan bahwa Bahasa Inggris
adalah bahasa global, bahasa yang sering digunakan sebagai bahasa kedua sebuah
negara.
Berbeda dengan keempat
narasumber yang cenderung menggunakan bahasa Inggris di akun twitter mereka,
beberapa alasan dari mereka menyatakan bahwa mereka ingin berinteraksi tidak
hanya dengan orang Indonesia, tetapi juga dengan warga asing yang dapat di jangkau
melalui internet, mereka juga menyatakan bahwa mereka mempunyai beberapa teman
di akun twitter mereka yang berkewarganegaraan selain Indonesia, mereka
menggunakan bahasa Inggris dengan tujuan agar semua teman orang yang bukan
berkewarganegaraan Indonesia mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
Alasan lain adalah agar terlihat
‘keren’ , dan gengsi jika tidak pernah menggunakan bahasa Inggris. Ini adalah
salah satu contoh linguisism. “Linguicism is distinct from other ‘-isms’ such
as sexism and racism, in so far as it is language rather than gender or race
which is the crucial criterion in the beliefs and structure which result in
unequal power and resource allocation” (Phillipson, 1992:54). Semacam
diskriminasi bahasa yang memberikan ideologi tertentu yang dapat menekan
seseorang untuk menggunakan atau mengganti bahasa aslinya.
Dan saat ditanya bahasa lain
yang suka dipakai selain bahasa Inggris , semua mempunyai jawabannya masing –
masing, dan ternyata mereka tidak hanya terdominasi dengan bahasa Inggris saja,
tetapi banyak juga bahasa lain yang mencoba untuk mendominasi warga Indonesia.
IV.
Kesimpulan
dari analisis di atas,
penulis menyimpulkan bahwa bahasa Inggris sudah sangat mendominasi negara
Indonesia. Bisa dilihat dari 6 pengguna twitter diatas. 4 diantaranya lebih
cenderung menggunakan bahasa Inggris, sedangkan 2 sisanya memilih menggunakan
bahasa Indonesia, tetapi mereka tetap berusaha menggunakan bahasa Inggris
sesekali.
Jika dilihat dari sejarahnya,
Indonesia sudah mendapat pengaruh Inggris dari sejak masa penjajahan Inggris di
Indonesia (1811-1816). Saat itu Inggris menjajah Indonesia dengan caranya.
Mereka tidak hanya ingin menguasai daerah Indonesia, tetapi mereka memberikan
pendidikan yang layak bagi bangsa Indonesia, dari sejak itulah negara Indonesia
mendapat pengaruh bahasa Inggris.
Jadi tidak heran kalau
dominasi bahasa Inggris sudah cukup besar pengaruhnya terhadap Indonesia.
Bahkan tidak hanya di Indonesia saja, di beberapa negara lain pun sudah
terdominasi oleh bahasa Inggris sehingga bahasa Inggris sekarang menjadi bahasa
Internasional dimana 90% negara didunia menjadikannya bahasa kedua setelah
bahasa resmi.
Peran internet sangat besar
dalam hal ini. Internet merupakan media yang sangat luas jangkauannya. Dan isi
dari internet itu sendiri pun sudah menggunakan bahasa Inggris untuk pengaturan
dan segala halnya. Dalam hal ini Bahasa inggris sudah memegang kedudukan
tertinggi di ranah internasional. Ditambah lagi dengan fenomena penyebaran
budaya Amerika di zaman moderen sepertyi ini. Hal itu dapat menyelipkan
ideologi terhadap setiap orang yang mengkonsumsinya. Seperti yg terdapat di
bagian analisis data. Saat alasan mempelajari bahasa Inggris adalah untuk
menjadi ‘keren’ maka ideologi tersebut sudah mempengaruhi orang yang
terdominasi. Dilihat dari keadaan negara asal bahasa Inggris sendiri, yang
sangat maju, dan pada akhirnya membuat ideologi seperti yang disebutkan tadi.
Dan hal tersebut disebut linguicism.
Semacam diskriminasi bahasa yang memberikan ideologi tertentu yang dapat menekan
seseorang untuk menggunakan atau mengganti bahasa aslinya.
V.
Daftar Pustaka :
-
Phillipson, Robert.H.L. (1992). Linguistic Imperialism. Oxford: Oxford
University Press.
-
Crystal. D. (1997). English as a
Global Language. Cambride. Cambridge
University Press.
-
Carpenter, Walter (2007). Global
English - an Imperialist Agenda, Journal
of
CELE, 15(3),
9-12.
-
Al- Maruzy,
Amir. (2011,march 1) SEJARAH PENJAJAHAN
INGGRIS DI
INDONESIA. Retrieved from
ElecSourceWeblogPosting.html?style=1&type=4&detail=3
VI.
Lampiran
-
Tweet.






-
Hasil wawancara
1.
Resha Redita
Komentar
Posting Komentar