Penerapan IQ, EQ dan SQ dalam seluruh proses pembelajaran.



Tema : Penerapan IQ, EQ dan SQ dalam dunia pendidikan dan masing-masing berikan contohnya. 


Pendidikan merupakan bagian yang mendasari seseorang untuk dapat berfikir, bertindak dan berperilaku. Dalam berbagai hal, pendidikan menjadi proses adanya keseimbangan bagian-bagian tertentu dalam tubuh manusia. Keseimbangan tersebut dapat diperoleh dari adanya kecerdasan pelaku pendidikan dalam mengolah apa yang didapatkan dari proses belajar tersebut. kecerdasan-kecerdasan tersebut meliputi IQ (kecerdasan konvensional), EQ (kecerdasan emosional) dan SQ (kecerdasan spiritual). ketiganya memiliki peranan penting dalam membentuk karakter berpendidikan yang membangun dan berkontribusi dalam kemajuan pendidikan. 


Kecerdasan konvensional yang menjadi pondasi dalam kemampuan memecahkan soal-soal. IQ (kecerdasan konvensional) merupakan kemampuan seseorang dalam berfikir, bernalar, kemampuan memecahkan masalah, dan berbahasa. IQ mulai diperkenalkan oleh Alfred Biner pada tahun 1905 yang menyusun tes kecerdasan terstandar untuk pertama kalinya. Kemampuan ini banyak dimiliki oleh pelajar karna bersifat lahiriah namun ada juga yang mendapatkan kemampuan ini setelah mengalami proses belajar. Dalam dunia pendidikan IQ memiliki peranan sebagai pengolah kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan soal-soal sulit dan membutuhkan nalar seperti soal Matematika, Fisika, Kimia. Dan juga kemampuan berfikir dan berbahasa seperti Bahasa Indonesia dan bahasa inggris. 


Lain halnya dengan kemampuan emosional yang menjadi bagian penunjang dalam pengolahan tindak dan prilaku dalam kegiatan belajar-mengajar. EQ berasal dari fungsi otak lymbicsystem dan pertama kali diperkenalkan oleh Daniel Walman pada tahun 1995.  Kemampuan emosional ini bergerak dalam bentuk kreativitas, pengambilan resiko, kemampuan memanfaatkan waktu luang, dan lain sebagainya.Kemampuan emosional dalam pendidikan biasanya diterapkan dalam bentuk kegiatan yang mengasah kemampuan dan kreativitas seperti kesenian dan kerajinan tangan. Peranan kemampuan emosional dalam proses belajar-mengajar merupakan hal yang lebih penting daripada kemampuan konvensional karena adanya kontrol emosi dapat membuat suasana belajar menjadi nyaman dan membuat pelajar lebih memahami apa yang dipelajari.
SQ sebagai kemampuan spiritual yang berpeluang mengatur kinerja pendidikan secara mnyeluruh. SQ yang merupakan kecerdasan spiritual tidak hanya dikaitkan dalam hal keagamaan tetapi dapat juga menjadi penunjang adanya kecerdasan jiwa yang menjadi motivasi kuat dalam pendorong kegiatan belajar-mengajar. Keterkaitan keduanya dapat diterapkan dalam bidang keagamaan yang menjadi bagian penting pondasi dalam kegiatan tersebut. kegiatan pendidikan yang berhubungan dengan kecerdasan spiritual ini misalnya, adanya kegiatan sholat berjamaah dan motivasi belajar yang dilakukan rutin oleh sekolah. Hal ini dapat memperbaiki dan mengajarkan siswa tentang bagaimana mengatasi permasalahan dan mencari solusi dengan akal sehat dan jiwa yang kuat sehingga menjadi pribadi pembelajar yang berkarakter dan beragama. 



Seluruh kemampuan berperan penting dalam bidang pendidikan. Terciptanya pembelajaran yang komunikatif dan interaktif dapat diperoleh dari kecerdasan konvensional dan kecerdasan emosional dimana siswa mampu memberikan komentar dan pertanyaan sesuai dengan mata pelajaran yang diakibatkan oleh adanya rasa keingintahuan dalam  memperoleh pengetahuan seluas-luasnya. Keduanya bisa juga menjadi tolak ukur kecerdasan yang mampu dibangun dalam lingkungan sekolah brupa hasil pembelajaran yang diberikan setiap semester kepada orang tua siswa sebagai tanda bukti prestasi IQ yang didapat secara murni. EQ juga tertera dalam buku laporan semester siswa yang bisa dipantau oleh orangtua dan wali kelas dalam bentuk hubungan secara tidak langsung. SQ sebagai penyeimbang kesehatan jiwa dan agama siswa diharapkan dapat menjadi bagian terpenting dalam tindakan sekolah dan pendidikan yang terkadang menjadi hal yang sangat disepelekan.   



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Tata Bahasa Kasus (Case Grammar)

Kegiatan menempel kapas pada gambar kambing atau domba

Perbedaan Bahasa antara Jawa Indonesia dan Jawa Suriname”